Latar Belakang
Sebagai suatu
sistem pemanfaatan lahan yang telah disesuaikan dengan kearifan lokal
masyarakat, agroforestri dapat berkontribusi terhadap strategi pembangunan Daerah
dengan memberikan peluang kerja, mengentaskan kemiskinan, meningkatan ekonomi
desa, dengan mempertahankan keseimbangan lingkungan. Kontribusi agroforestri
tersebut diwujudkan di tingkat lokal dalam bentuk kontribusi terhadap
penyediaan lapangan kerja, pengembangan ekonomi lokal, dan peningkatan
ketahanan lingkungan yang selanjutnya dapat diperluas pada tingkat yang lebih tinggi. Selain kontribusi ekonomi, sistem
agroforestri juga memberikan dampak positif bagi aspek konservasi.Sistem ini
terbukti mampu mempertahankan kesuburan tanah, melindungi daerah tangkapan air,
berkontribusi dalam upaya penyerapan karbon dan mendukung upaya konservasi
keanekaragaman hayati dan restorasi ekosistem. Sistem agroforestri diprediksi
kuat dapat menjadi solusi bagi berbagai masalah baik sosial maupun lingkungan,
diantaranya isu global mengenai kemiskinan, pemanasan global, dan degradasi
lingkungan.Sistem agroforestri merupakan solusi untuk menjawab tantangan
kelangkaan di bidang pangan, papan, energi, dan air.Keempat komponen tersebut
merupakan kebutuhan dasar masyarakat yang semua keberadaannya di atas lahan. Konsep
agroforestri merupakan opsi yang tepat dan strategi yang penting dalam rangka
meningkatkan produktivitas lahan kehutanan karena dapat menjadi jembatan antara
kebutuhan akan lahan pertanian dan peningkatan ekonomi lokal, sementara di sisi
lain tetap dapat menjaga kelestarian fungsi hutan. Di dalam konteks ketahanan pangan, sektor
kehutanan memiliki tiga fungsi utama, yaitu sebagai penyedia jasa lingkungan
yang memungkinkan terjadinya produksi pangan secara berkelanjutan, penyedia
sumber genetik yang bisa memperkuat produksi pangan, dan sebagai penyedia
lahan. Melalui sistem agroforestri, pemanfaatan lahan kehutanan dapat lebih
dioptimalkan untuk mendukung program ketahanan pangan tersebut. Bagi Daerah
seperti Rokan Hilir dan Dumai, strategi ekonomi berbasis masyarakat mempunyai
daya dorong yang tinggi pada tingkat yang lebih tinggi. Strategi tersebut juga menarik peran serta
masyarakat karena dapat meningkatkan kesejahteraan
serta mempunyai daya topang terhadap ekonomi lokal. Salah satu strategi
pembangunan ekonomi adalah melalui pendekatan ekonomi kerakyatan yang dapat
menjadi kunci ketahanan ekonomi masyarakat dalam mewujudkan kemakmuran dan
kesejahteraan yang berkeadilan. Agroforestri juga dapat diartikan sebagai agen
pembangunan ekonomi berbasis masyarakat. Berikut adalah hasil analisis dari
beberapa komoditi yang akan dikembangkan di Desa Ranatau Bais dan Mumugo
Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir dan Kelurahan Bangsal Aceh
Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai.
a. Kopi
Liberika
Kopi (Coffea sp), adalah
spesies tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus
Coffea. Tanaman ini tumbuhnya tegak, bercabang dan bila dibiarkan tumbuh dapat
mencapai 12 m. Daunnya bulat telur dengan ujung agak meruncing, daun tumbuh
berhadapan pada batang, cabang dan ranting-rantingnya. Kopi mempunyai sistem
percabangan yang agak berbeda dengan tanaman lain.Kopi merupakan produk yang
mempunyai peluang pasar yang baik di dalam negeri maupun luar negeri. Indonesia
merupakan salah satu produsen kopi terbanyak di dunia. Peluang untuk
mengembangkan kopi sebagai penggerak perekonomian daerah sebenarnya sangat
besar, khususnya bagi daerah-daerah sentra produksi kopi. Diasumsikan bahwa, meskipun produksi dunia
mengalami sedikit peningkatan, namun lebih diakibatkan adanya kecenderungan
meningkatnya produksi kopi Robusta di wilayah Asia pasifik. Sedangkan kopi Liberika
dirasakan beberapa tahun terakhir mengalami fluktuasi dan cenderung mengalami
penurunan. Menurut ICO, perkembangan harga rata-rata kopi Liberika selalu lebih tinggi
dibandingkan harga kopi Robusta, maka dapat diasumsikan bahwa pengembangan
agribisnis kopi Liberika memiliki kecenderungan yang lebih prospektif
dibandingkan dengan Robusta. Perkembangan konsumsi kopi dunia (terutama negara
importir) cukup baik sehingga pasar dan permintaan baru akan terbuka.
Berdasarkan data Dinas
Perkebunan Provinsi Riau tahun 2015, secara umum perkembangan luas areal kopi
di Indonesia pada periode tahun 2010-2015 cenderung mengalami peningkatan yaitu
dari 1.238.476 ha tahun 2010 menjadi 1.254.382 ha di tahun 2015. Begitu pula
dengan produksi perkebunan kopi di Indonesia dari tahun 2010-2015 telah
mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 produksi kopi di Indonesia mencapai
634.076 ton dan pada tahun 2015 jumlah produksi kopi menjadi 739.005 ton.
Peluang untuk pengembangan perkopian
Indonesia ditunjuk-kan oleh profitabilitas yang diperoleh petani kopi secara
finansial dan ekonomi. Dengan demikian perkebunan kopi rakyat di Indonesia
layak untuk diteruskan dan secara ekonomi perkebunan kopi rakyat mampu berjalan
secara efisien. Selain itu, usaha pengolahan kopi bubuk rakyat sangat dominan
menggunakan biaya input domestik. Relatif sedikitnya kandungan input impor
dalam biaya produksi pengolahan kopi bubuk maka diharapkan usaha pengolahan
kopi akan memiliki daya saing yang kuat di masa mendatang.
Ada beberapa
hal yang harus di perhatikan dalam usaha pengembangan komoditas kopi.
1. Permintaan produk-produk kopi dan olahannya masih sangat
tinggi, terutama di pasar domestik dengan penduduk yang melebihi 200 juta jiwa
merupakan pasar potensial.
2.
Peluang
ekspor terbuka terutama bagi negara negara pengimpor wilayah non tradisional
seperti asia timur, asia selatan, timur tengah dan eropa timur. Walaupun
perdagangan ke timur tengah masih sering terjadi dispute payment.
3.
Kelimpahan
sumberdaya alam dan letak geografis di wilayah tropis merupakan potensi besar
bagi pengembangan agribisnis kopi. Produk kopi memiliki sentra produksi
on-farm, yang hanya membutuhkan keterpaduan dengan industri pengolahan dan
pemasarannya.
4.
Permintaan
produk kopi olahan baik pangan maupun non pangan cenderung mengalami kenaikan
setiap tahun, sebagai akibat peningkatan kesejahteraan pen-duduk, kepraktisan
dan perkembangan teknologi hilir.
5. Tersedianya bengkel-bengkel alat dan mesin pertanian di
daerah serta tersedianya tenaga kerja. Seperti alat pemecah biji kopi, alat
pengupas kulit kopi, dan lantai jemur.
Biaya investasi untuk ekstensifikasi
maupun intensifikasi kebun kopi rakyat digunakan untuk biaya investasi tanaman
dan non tanaman. Perincian biaya investasi untuk 2 ha kebun kopi dapat dilihat
pada Tabel. Biaya investasi ekstensifikasi tanaman kopi pada Tahun ke-0
digunakan untuk pembukaan lahan (land clearing), pembuatan lubang, penanaman
tanaman pelindung dan tanaman kopi, serta pembuatan teras. Sedangkan biaya
Tahun Ke-1 dan ke 2 digunakan untuk perawatan tanaman, seperti penyulaman,
pemupukan dan pencegahan hama dan penyakit. Untuk
intensifikasi kebun kopi, biaya yang diperlukan adalah pembelian sarana
produksi, peralatan pertanian kecil dan biaya tenaga kerja. Bantuan kredit
perbankan diberikan untuk pembelian sarana produksi pertanian, peralatan
pertanian dan biaya tenaga kerja untuk pemangkasan.
Kebutuhan Biaya Kebun Kopi Liberika
Kebutuhan Biaya
|
Nilai (Rp per 2 Ha)
|
|||
Ekstensifikasi
|
Intensifikasi
|
|||
A. INVESTASI TANAMAN
|
||||
- Tahun 0
|
13.667.580
|
10.160.610
|
||
- Tahun 1
|
2.664.600
|
1.998.450
|
||
- Tahun 2
|
2.509.200
|
1.881.900
|
||
Jumlah Investasi Tanaman
|
18.841.280
|
14.040.960
|
||
B. INVESTASI NON TANAMAN
|
1.680.800
|
1.770.200
|
||
Total Investasi Tan + Non Tanaman
|
23.022.080
|
15.811.160
|
||
Biaya Umum
|
600.000
|
176.739
|
||
JUMLAH INVESTASI
|
20.522.080
|
15.987.899
|
||
Bunga masa Konstruski (IDC)
|
6.631.304
|
0
|
||
JUMLAH KESELURUHAN
|
27.753.384
|
15.987.899
|
||
Kebutuhan Biaya
|
Nilai (Rp/ha)
|
|||
Sarana
Produksi
|
||||
- Pupuk
|
668.800
|
|||
-
Pestisida + angkutan
|
218.250
|
|||
Peralatan
pertanian
|
885.100
|
|||
Investasi
Lainnya
|
88.370
|
|||
Tenaga
kerja
|
678.400
|
|||
Jumlah
|
2.538.920
|
|||
Proyeksi
laba/rugi memberikan gambaran tentang keuntungan atau kerugian usaha perkebunan
kopi liberika di masa mendatang. Asumsi dasar yang digunakan untuk perhitungan
laba atau rugi ini adalah menyangkut kualitas biji kopi yang dijual oleh
petani. Petani dapat menjual kopinya kepada Perusahaan Inti dalam bentuk
glondongan basah atau kopi tanduk kering. Produktivitas lahan (selama tahun
ke-3) sampai akhir tahun ke-11. Sedangkan untuk pola intensifikasi tanaman
menghasilkan dianggap mulai tahun ke-1 (sekalipun sebelumnya sudah menghasilkan
dengan produktivitas relatif rendah) hingga tahun ke-9.
1. Pada pola ekstensifikasi, pada tahun pertama kopi berbuah
(tahun ke 3) keuntungan petani hanya 3,5 juta/tahun (profit margin 28,9%), maka
pada tahun berikutnya, keuntungannya meningkat sejalan dengan peningkatan
produktivitas kebun. Keuntungan tersebut mencapai puncaknya pada tahun ke -8
dan ke-9, yaitu Rp. 15,7 juta/tahun (profit margin 69,1%). Pada tahun ke-11,
keuntungan bersih petani sebesar Rp. 12,5 juta/tahun (profit margin 61,9%).
2.
Pada
pola intensifikasi, pada tanaman kopi berbuah, keuntungan petani hanya Rp. 7,1
juta/tahun (profit margin 57,7%), maka pada tahun ke-6 dan ke-7, keuntungan
menjadi Rp. 15,1 juta/tahun (profit margin 66,2%). Pada tahun ke 9, keuntungan
bersih petani sebesar Rp. 11,9 juta/tahun (profit) margin 64,9%).
Proyeksi laba-rugi pada tahun ke-3 dan tahun ke-11 kebun
kopi liberika
Uraian
|
Nilai (Rp/2 Ha)
|
|||
Ekstensifikasi
|
Intensifikasi
|
|||
Tahun ke-3
|
Tahun ke-11
|
Tahun ke -3
|
Tahun ke- 9
|
|
Hasil Penjualan
|
12.250.000
|
19.250.000
|
12.250.000
|
19.250.000
|
Jumlah Biaya Usaha
|
8.309.727
|
5.288.169
|
4.395.753
|
6.043.895
|
Pajak dan lain-lain
|
394.027
|
1.396.183
|
785.425
|
1.320.611
|
Laba bersih
|
3.546.246
|
12.565.648
|
7.068.822
|
11.855.495
|
b. Cempedak
Cempedak merupakan salah satu buah
varietas unggul nasional yang telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian
Indonesia. Buah cempedak merupakan hasil penyambungan antara bibit pohon nangka
dan buah cempedak sendiri. Kelebihan dari buah cempedak ini adalah jumlah
buahnya yang cukup banyak dalam satu pohon yang selalu tumbuh tidak ada
hentinya. Selain itu, rasa
buahnya yang manis dan dagingnya yang tebal tentu menjadi pilihan konsumsi
masyarakat. Aroma buah cempedak pun sangat khas. Jumlah bijinya juga terhitung banyak.
Selain itu, pohon buah cempedak ini bisa beradaptasi dan tumbuh pada dataran
rendah dan medium. Cempedak cocok ditanam di dataran rendah. Salah satunya adalah lokasi
penanaman pada daerah yang memiliki curah hujan per tahunnya rata-rata berkisar
antara 1.500—2.500 mm. Selain itu, pilihlah lokasi yang mendapat sinar matahari
secara langsung. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan bunga dan buah
cempedak. Tanah yang dipilih untuk menanam buah ini adalah jenis tanah
berpasir, liat berlempung, dan gembur. Cempedak ini sebaiknya ditanam pada
tanah dengan pH rendah sekitar 6,0—7,5. Sebaiknya, ketinggian tanah yang tepat
untuk budidaya cempedak adalah 0—800 meter di atas permukaan laut. Dalam budidaya cempedak,
langkah awal yang perlu dilakukan, yaitu pemilihan benih cempedak. Salah satu
caranya dengan memilih bibit yang berasal dari buah yang matang di pohon.
Syarat lainnya adalah pilih biji yang bentuknya lebih bulat dan besar
dibandingkan yang lainnya.
Pada
tahap pembenihan, biji cempedak ditanam di polybag berukuran 1 liter. Selama
setengah tahun biji cempedak tersebut disiram hingga tumbuh dan berdaun menjadi
bibit cempedak. Setelah berusia lebih dari 6 bulan, bibit cempedak ini siap
tanam. Mengingat cempedak merupakan jenis tanaman berbatang besar dan berdaun
rimbun, sebaiknya dalam penanamannya diatur jaraknya sekitar 10 × 10 meter.
Pasalnya, jika terlalu dekat akan memperbanyak cabang pohon, sedangkan buahnya
menjadi sedikit. Pada tahap budidaya cempedak, bibit yang masih kecil tetap
harus disiram secara rutin. Apabila terdapat gulma jangan menyemprotnya dengan
pestisida. Sebaiknya, gulma tersebut dipangkas atau dicabut dan dibiarkan
mengering di sekitar pohon cempedak. Hal tersebut karena jika menggunakan
pestisida akan membuat akar pohon cempedak terganggu dan pohonnya berwarna
kekuningan.
Setelah
pohon cempedak mulai besar dan berbuah, perlu dilakukan fumigasi, yaitu
pengasapan untuk mendapatkan akar tanaman yang mampu mendapatkan oksigen yang
cukup. Cara tersebut memberikan manfaat pada buah. Dimana buah menjadi lebih
padat dan berkurangnya risiko buah busuk di pohon. Saat buah mulai membesar,
sebaiknya buah dibungkus dengan kantong plastik hitam untuk menghindari
serangga dan hewan lainnya. Patokan harga jual untuk budidaya cempedak dapat
Anda buat dalam hitungan per kg dimana harga mulai Rp 9.000 hingga Rp 12.000.
Ini tergantung dari harga cempedak yang ada di pasaran. Berbuah sepanjang masa. Harganya menggiurkan.
Perawatan tidak rewel. Setahun bisa menghasilkan 250 – 300 buah. Dari 1 pohon
saja, Rp 13.500.000 bisa masuk kantong. Dikatakannya, pohon yang
bisa mencapai tinggi 6 meter ini, di setiap tandannya bisa sebanyak 3 – 5 buah
dengan berat per buahnya 3 – 4 kilogram. Di saat panen kecil, yang biasanya
terjadi setiap September – Oktober, bisa menghasilkan sebanyak 100 – 150 buah. Sementara di saat panen besar, yakni setiap
April – Mei, buah yang bisa dipanen mencapai 250 – 300 buah. “Itu dari 1 pohon
saja, kalau di pekarangan ditanami lebih dari 3 – 5 pokok saja, bisa puluhan
juta dikantongi. Buah yang di saat berusia 4 bulan, yakni saat sudah memasuki
pasa panen, yakni saat ukuran panjang buah sepanjang 40 – 45 centimeter ini di
pasaran bisa dijual dengan harga Rp 45.000 – Rp 50.000 per buahnya. Dengan
demikian, jika dikalkulasikan, paling tidak dari 1 pohon, bisa menghasilkan
keuntungan sebesar Rp 13.500.000. “Itu dari 1 pohon saja, semakin banyak bisa
kita tanam, semakin besar pula kita bisa mendapatkan keuntungan
Analisa bisnis budidaya cempedak
Investasi
Peralatan
|
Harga
|
|
pembukaan kebun cempedak
|
Rp.
|
1.792.200
|
pengadaan bibit cempedak
|
Rp.
|
898.500
|
mesin semprot
|
Rp.
|
269.360
|
keranjang panen
|
Rp.
|
73.960
|
timbangan
|
Rp.
|
189.800
|
golok dan sabit
|
Rp.
|
73.900
|
gerobak dorong
|
Rp.
|
293.500
|
pompa air
|
Rp.
|
229.870
|
timba dan gunting
|
Rp.
|
63.900
|
selang air
|
Rp.
|
129.300
|
cangkul
|
Rp.
|
79.920
|
Peralatan tambahan yang lainnya
|
Rp.
|
89.160
|
Jumlah Investasi
|
Rp.
|
4.183.370
|
Biaya Operasional per Bulan
|
||
Biaya Tetap
|
Nilai
|
|
pembukaan kebun cempedak 1/12 x
Rp. 1.792.200
|
Rp.
|
149.350
|
pengadaan bibit cempedak 1/62 x Rp. 898.500
|
Rp.
|
14.492
|
mesin semprot 1/62 x Rp 269.360
|
Rp.
|
4.345
|
keranjang panen 1/44 x Rp 73.960
|
Rp.
|
1.681
|
timbangan 1/62 x Rp 189.800
|
Rp.
|
4.314
|
golok dan sabit 1/62 x Rp.
73.900
|
Rp.
|
1.192
|
gerobak dorong 1/62 x Rp 293.500
|
Rp.
|
4.734
|
pompa air 1/62 x Rp 229.870
|
Rp.
|
3.708
|
timba dan gunting 1/44 x
Rp. 63.900
|
Rp.
|
1.452
|
selang air 1/44 x Rp. 129.300
|
Rp.
|
2.939
|
cangkul 1/44 x Rp. 79.920
|
Rp.
|
1.816
|
peralatan tambahan 1/44 x Rp. 89 160
|
Rp.
|
2.026
|
upah pekerja
|
Rp.
|
1.500.000
|
Total Biaya Tetap
|
Rp.
|
1.692.048
|
Biaya Variabel
|
|||||||
pupuk
|
Rp.
|
19.400
|
x
|
30
|
=
|
Rp.
|
582.000
|
pupuk kimia
|
Rp.
|
29.300
|
x
|
30
|
=
|
Rp.
|
879.000
|
pestisida dan obat
|
Rp.
|
35.300
|
x
|
30
|
=
|
Rp.
|
1.059.000
|
biaya lainnya
|
Rp.
|
22.000
|
x
|
30
|
=
|
Rp.
|
660.000
|
Biaya transportasi
|
Rp.
|
21.500
|
x
|
30
|
=
|
Rp.
|
645.000
|
pengemas dan tali rafia
|
Rp.
|
12.300
|
x
|
30
|
=
|
Rp.
|
369.000
|
BBM
|
Rp.
|
24.300
|
x
|
30
|
=
|
Rp.
|
729.000
|
Total Biaya Variabel
|
Rp.
|
4.923.000
|
Total Biaya Operasional
|
||
Biaya tetap + biaya variabel =
|
Rp.
|
6.615.048
|
Pendapatan per panen
|
|||||||
34
|
kg
|
x
|
Rp.
|
9.000
|
=
|
Rp.
|
306.000
|
Rp.
|
306.000
|
x
|
30
|
hr
|
=
|
Rp.
|
9.180.000
|
Keuntungan per Bulan
|
|||||||
Laba = Total Pendapatan – Total Biaya
Operasional
|
|||||||
Rp.
|
9.180.000
|
–
|
6.615.048
|
=
|
Rp.
|
2.564.952
|
|
Lama Balik Modal
|
|||||||
Total Investasi / Keuntungan =
|
Rp.
|
4.183.370
|
:
|
2.564.952
|
=
|
2
|
bln
|
Dari analisa di atas dapat
disimpulkan apabila bisnis budidaya cempedak sangat menguntungkan dimana modal
Rp 4.183.370 dengan kentungan per bulan Rp 2.564.952 dan balik modal dalam 2
bulan.
c. Nangka
Nangka merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal
dari India dan menyebar ke daerah tropis termasuk Indonesia. Pohon nangka cocok
tumbuh di daerah yang memilki curah hujan tahunan rata-rata 1.500-2.500 mm dan
musim keringnya tidak terlalu keras. Nangka dapat tumbuh di daerah kering yaitu
di daerah-daerah yang mempunyai bulan-bulan kering lebih dari 4 bulan. Pohon
nangka tahan terhadap pH rendah (tanah masam) dengan pH 6,0-7,5, tetapi yang
optimum pH 6-7. Pohon nangka dapat tumbuh dari mulai dataran rendah sampai
ketinggian tempat 1.300 m dpl. Namun ketinggian tempat yang terbaik untuk
pertumbuhan nangka adalah antara 0-800 m dpl. Pohon nangka yang dipelihara di
kebun buah jarak tanamnya 8 - 12 m, dalam pola segi empat atau segi enam:
kepadatan yang umum adalah 100-120 batang/ha. Jarak tanamnya antara lobang
tanam yakni 12 x 12 m atau 4 x 6 m. Untuk meningkatkan tanaman diperlukan tambahan
pupuk daun guna merangsang pembentukan daun. Pemberian pupuk daun dilakukan
selang 2 minggu sampai tanaman umur 17 bulan. Jenis pupuk daun yang digunakan
adalah Gandasil D/Bayfolan. Pohon nangka yang berbuah besar berbuah pada umur
5-10 tahun sedangkan nangka mini pada umur 1,5-2 tahun. Pada umumnya buah masak
setelah 8 bulan sejak bunganya muncul. Umur maksimum produksi buah 20-30 tahun,
sesudah itu harus diremajakan. Hasil buah per tahun per pohon beragam umumnya
berkisar 8-12 buah/pohon/tahun.
Biaya produksi tahun ke-1
1. Tanah 1 ha @ m 2
x Rp. 15.000.000,- Rp. 15.000.000,-
2. Bibit 150 pohon @ Rp.
50.000,- Rp. 7.500.000,-
3. Pupuk
* Kandang 9500 kg @ Rp.
60,- Rp. 570.000,-
* Urea 1400 kg @ Rp.
1.600,- Rp. 2.240.000,-
* TSP 1400 kg @ Rp.
1.500,- Rp. 2.100.000,-
* KCl 1400 kg @ Rp.
1.600,- Rp. 2.240.000,-
* NPK 1400 kg @ Rp.
2.800,- Rp. 3.920.000,-
* Hormon/mineral 70
liter @ Rp. 3.500,- Rp. 245.000,-
4. Obat & pestisida
* Insektisida 150 liter
@ Rp. 5.000,- Rp. 750.000,-
* Fungisida 150 liter @ Rp.
5.000,- Rp. 750.000,-
5. Alat & bangunan
* Bangunan & sumur
Rp. 2.500.000,-
* Alat semprot 2 unit @
Rp. 75.000,- Rp. 150.000,-
* Cangkul 2 buah @ Rp.
5.000,- Rp. 10.000,-
* Sabit 2 buah @ Rp.
3.500,- Rp. 7.000,-
* Garpu 2 buah @ Rp.
3.000,- Rp. 6.000,-
* Golok 2 buah @ Rp.
7.500,- Rp. 15.000,-
* Gunting pangkas 3 buah
@ Rp. 5.000,- Rp. 15.000,-
* Gergaji pangkas 2 buah
@ Rp. 6.000,- Rp. 12.000,-
* Ember 5 buah @ Rp.
3.000,- Rp. 15.000,-
6. Tenaga kerja tetap
* Upah 5 bok 12 x 2
orang x Rp. 30.000,- Rp. 3.600.000,-
* Pakaian 5 x Rp.
45.000,- Rp. 225.000,-
* THR 5 x Rp. 25.000,-
Rp. 125.000,-
7. Tenaga kerja lepas
* Membuat lubang tanam
15 OH @ Rp. 3.000,- Rp. 45.000,-
* Memupuk & menanam
25 OH @ Rp. 3.000,- Rp. 75.000,-
* Jumlah biaya produksi tahun ke-1 Rp. 42.115.000,-
2. Pendapatan &
keuntungan
1. Tahun ke-5 produk ke
1: 0,25x150x30xRp. 30.000 Rp. 33.750.000,- maka Keuntungan Rp. 33.750.000 – Rp. 42.115.000 = - Rp. 8.365.000,-
2. Tahun ke-6 produk ke
2: 0,25x150x60xRp. 30.000 Rp. 67.500.000,- maka Keuntungan Rp. 67.500.000-Rp.8.365.000+Rp. 16.765.000 Rp. 42.370.000,-
3. Investasi rata-rata
perpohon: Rp. 175.096,-
Pada tahun ke-7
keuntungan sudah bisa menutupi investasi dikeluarkan.
d. Sirsak
Tanaman sirsak memiliki nilai prospek dan daya tawar yang baik untuk menjadi semacam bidang usaha
yang bernilai komersial.
Sehingga perlulah upaya untuk meningkatkan
produktifitasnya melalui budidaya secara organik agar tanaman mampu terbebas dari factor kimia dapat menghasilkan sirsak yang mempunyai
manfaat dan khasiat obat secara maksimal. Sirsak merupakan jenis tanaman yang dapat tumbuh dan berbuah sepanjang
tahun. Bibit tanaman sirsak dapat berasal dari hasil pengembangan generatif,
tapi disini lebih dianjurkan menggunakan bibit tanaman sirsak yang berasal dari
pohon hasil pengembangan vegetatif yakni berupa bibit okulasi atau cangkokan
terhadap pohon sirsak yang telah berumur 10-12 bulan. Tanaman sirsak
menghasilkan buah rata-rata 20 buah/pohon/tahun dengan bobot berkisar 10-60 kg.
Penanaman dengan biji mulai berbuah setelah umur 6 tahun. Sementara itu,
penanaman dengan bibit okulasi mulai berbuah setelah tiga tahun dipelihara.
Berikut adalah contoh analisis usaha budidaya
sirsak :
Modal Tetap
Sewa lahan 1 ha (10
tahun) Rp. 32.000.000,00
Bibit sirsak 300 buah Rp.
7.500.000,00
Perlengkapan budi daya
Rp. 7.000.000,00
Total modal tetap Rp.
46.500.000,00
Biaya produksi tahun ke-6
Obat Rp. 5.000.000,00
Pupuk (organik dan kimia)
Rp. 30.000.000,00
Tenaga kerja Rp.
33.850.000,00
Penyusutan dan biaya
lain-lain Rp. 30.000.000,00
Total biaya produksi Rp. 98.850.000,00
Pendapatan dan keuntungan
Panen tahun ke-4 : 10
kg/phn x 300 phn x Rp 3.800,00/kg = Rp 11.400.000,00.
Panen tahun ke-5 : 30
kg/phn x 300 phn x Rp 3.800,00/kg = Rp 34.200.000,00.
Panen tahun ke-6 : 50
kg/phn x 300 phn x Rp 3.800,00/ kg = Rp 57.000.000,00.
Total pendapatan sebesar = Rp 102.600.000,00.
Keuntungan = pendapatan — biaya produksi = Rp
102.600.000,00 –Rp 98.850.000,00 = Rp 3.750.000,00
Analisis usaha tersebut,
sebagai ilustrasi kasar mengenai perkiraan hasil yang akan diperoleh dari
budidaya sirsak dengan skala tertentu. Dengan penanganan yang cermat hasil
budidaya yang diperoleh akan lebih maksimal.
e.
Jengkol
Tanaman jengkol adalah jenis tanaman
musiman sehingga dapat berbuah antara bulan November sampai Januari. Tanaman
jengkol sangat tinggi dan untuk ketinggiannya bisa mencapai 26 m. Tanaman
jengkol dapat dipanen sekitar umur 5 tahun. Setiap satu pohon jengkol bisa menghasilkan
buah jengkol antara 15 hingga 20 kg dan bisa dipanen setiap harinya.
Analisis usaha tanaman jengkol akan dijelaskan dibawah
ini :
Peralatan
Sewa Pajak
Lahan Rp. 7,700,000
Pompa Air
Rp. 2,300,000
Mesin hand sprayer Rp. 700,000
Sabit
Rp. 115,000
Penyiram tanaman gembor Rp. 95,000
Selang
Rp. 200,000
Golok
Rp. 150,000
Cangkul
Rp. 140,000
Gerobak dorong
Rp. 650,000
Geraji
Rp. 300,000
Timba
Rp. 85,000
Timbangan
Rp. 750,000
Wadah untuk panen Rp. 200,000
Peralatan tambahan Rp. 100,000
Jumlah Investasi Rp. 13,485,000
Biaya Operasional per Bulan
Biaya Tetap
Penyusutan sewa pajak lahan 1/30 x Rp.
7.700.000 Rp. 256,667
Penyusutan pompa air 1/30 x Rp. 2.300.000 Rp. 76,667
Penyusutan mesin hand sprayer 1/30 x Rp.
700.000 Rp. 23,333
Penyusutan sabit 1/30 x Rp. 115.000 Rp. 3,833
Penyusutan penyiram tanaman gembor 1/30 x Rp.
95.000 Rp. 3,167
Penyusutan selang 1/30 x Rp. 200.000 Rp. 6,667
Penyusutan golok 1/30 x Rp. 150.000 Rp. 5,000
Penyusutan cangkul 1/30 x Rp. 140.000 Rp. 4,667
Penyusutan gerobak dorong 1/30 x Rp. 650.000 Rp. 21,667
Penyusutan geraji 1/30 x Rp. 300.000 Rp. 10,000
Penyusutan timba 1/30 x Rp. 85.000 Rp. 2,833
Penyusutan timbangan 1/30 x Rp. 750.000 Rp. 25,000
Penyusutan wadah untuk panen 1/30 x Rp.
200.000 Rp. 6,667
Penyusutan alat tambahan 1/30 x Rp. 100.000 Rp. 3,333
Total
Biaya Tetap
Rp. 449,500
Biaya Variabel
Bibit jengkol
Rp. 110,000 x 30 = Rp. 3,300,000
Pupuk alami
Rp. 93,000 x 30 =
Rp. 2,790,000
Pupuk buatan
Rp. 93,000 x 30 =
Rp. 2,790,000
Karung
Rp. 45,000 x 30 =
Rp. 1,350,000
Pestisida hama
Rp. 75,000 x 30 =
Rp. 2,250,000
Pestisida rumput Rp. 91,000 x
30 = Rp. 2,730,000
Pekerja
Rp. 100,000 x 30 =
Rp. 3,000,000
Tali
Rp. 35,000 x 30 =
Rp. 1,050,000
Polibag
Rp. 25,000 x 30 =
Rp. 750,000
Total Biaya
Variabel
Rp. 16,710,000
Total Biaya Operasional
Biaya tetap + biaya variabel = Rp. 17,159,500
Pendapatan per Bulan
Penjualan rata – rata = 130 Kg
x Rp. 8,000 = Rp. 1,040,000
Rp.1,040,000 x30hr
= Rp. 31,200,000
Keuntungan per Bulan
Laba
= Total Pendapatan – Total Biaya Operasional
Rp.
31,200,000 – 17,159,500 = Rp. 14,040,500
Lama Balik Modal
Total Investasi / Keuntungan = Rp.
13,485,000/14,040,500 =1 bulan