Keadaan Umum Petani Padi di Desa Raja Bejamu

Posted by Restorasi Gambut on

Keadaan Umum Petani Padi di Desa Raja Bejamu

Desa Raja Bejamu merupakan desa yang sangat berpotensi untuk dilakukan penanaman tanaman padi dengan skala besar, karena Desa Raja Bejamu ini merupakan satu dari beberapa desa yang memiliki topografi yang sesuai untuk pembudidayaan tanaman padi, baik dari kondisi tanah dan iklim yang ada di diuntungkan dalam penjualan gabah basah karena lebih efisien baik dari segi waktu maupun biaya, harga jual gabah basah yaitu Rp 3.750/Kg, sedangkan harga jual untuk gabah kering yaitu Rp 4.500/Kg. Luas Tanam Sebanyak 625 Ha produksi 9.984 Ton

Petani di Desa Raja Bejamu merupakan penduduk campuran dari berbagai suku yang mana asli penduduk lokal dan pendatang, tanah yang diolah merupakan hasil dari pembukaan lahan yang dulunya hutan yang memang dibiarkan oleh pemerintah dan sampai sekarang masih ada masyarakat pendatang dari luar Kecamatan Sinaboi yang datang untuk membuka lahan untuk diolah menjadi pertanian. Berkembangannya usaha perkebunan kelapa sawit di Provinsi Riau maka ikut juga masyarakat Desa Raja Bejamu mengalih fungsikan lahan pertanian menjadi tanaman kelapa sawit karena didorong oleh pendapatan yang lebih besar dibandingkan dengan pendapatan dari sektor pertanian. Sehingga banyak petani yang lebih tertarik membudidayakan tanaman kelapa sawit dibandingkan dengan tanaman padi serta masyarakat Desa Raja Bejamu juga mengalih fungsikan lahan pertaniannya menjadi perkebunan kelapa sawit. Sejauh ini memang sudah ada peran pemerintah untuk tidak mengalih fungsikan lahan pertanian menjadi perkebunan tetapi cuma sebatas bicara tidak ada tindakan yang membuat para petani takut dan mengasih arahan serta anjuran saja. Tetapi masih ada sebagian lahan masyarakat Desa Raja Bejamu yang tidak dialih fungsikan menjadi lahan perkebunan hal ini karena sadar akan mahalnya harga kebutuhan sembako seperti beras.

Pertanian di Desa Raja Bejamu masih alami dan mengolah lahan pertaniannya satu tahun sekali dan masih menggunakan bibit yang 6 bulan panen, Pada tahun 2012 produksi padi Desa Raja Bejamu meningkat yaitu 9.984,6 ton, luas panen 2.322/ha sedangkan luas panen 625/ha dibandingkan dengan lain yang ada di Kecamatan Raja Bejamu. Adapun untuk penanaman benih dimulai pada bulan desember hal ini dikarenakan pada bulan desember biasanya masyarakat percaya adanya musim penghujan karena pertanian di Desa Raja Bejamu tidak adanya sistem irigasi sehingga petani memulai penanaman dibulan desember.

Bibit yang digunakan oleh para petani umumnya yaitu Padi Sikuning atau lebih dikenal luas oleh masyarakat yaitu Kuku Balam. Petani padi di Desa Raja Bejamu ini memegang peran penting sebagai pendapatan untuk menopang hidup keluarga walaupun pada kenyataannya produktivitas tanaman padi yang diusahakan petani masih rendah karena hanya dibudidayakan satu tahun sekali. Secara teknis rendahnya produksi pembudidayaaan padi disebabkan kurangnya pengetahuan petani, seperti pengolahan lahan, pemilihan bibit, pemupukan dan pemeliharaan. Sebagian besar petani memiliki pengalaman berusahatani yang cukup baik, tetapi masih kurang dan perlu adanya peran dari pemerintah untuk membimbing para petani untuk berusahatani yang baik dengan sedikit mengeluarkan modal dan menghasilkan keuntungan yang besar.

Saluran Pemasaran Pertanian Padi

Pemasaran hasil pertanian petani padi memasarkannya ke Medan seperti Tebing Tinggi dan Pematang Siantar. Adapun kendala-kendala yang sering dihadapi para petani padi diantaranya adalah sulitnya mendapatkan pupuk seperti pupuk urea dan serangan hama penyakit seperti wereng, penggulung daun, orong-orong, keong mas dan burung. Pengelolaan usahatani padi ditangani langsung oleh PPL (Petugas Penyuluh Lapangan) yaitu sumber bagi petani untuk mendapatkan informasi tentang permasalahan yang ada. Maju dan berkembangnya petani di Raja Bejamu ini tergantung pada motivasi yang diberikan oleh para penyuluh lapangan. Petani di Desa Raja Bejamu ini berjumlah 400 petani yang mana setiap kelompok tani ada 25 anggota kelompok yang berjumlah 16 kelompok. Pada setiap anggota kelompok tani di awasi dan dibimbing langsung oleh petugas penyuluh lapangan (Petugas penyuluh lapangan Raja Bejamu,2012).

 

Saluran pemasaran padi di Desa Raja Bejamu terdiri dari 40 petani yang menjual kepada 5 pedagang pengumpul yang berada di berbeda Kecamatan seperti Kecamatan Sinaboi, Bangko serta Rimba Melintang dan 1 pedagang besar yang berada di Kota Medan Sumatera Utara. Jumlah petani yang menjual kepada masing-masing pedagang pengumpul berbeda satu sama lain. Dalam saluran pemasaran ini, petani mengeluarkan biaya konsumsi mereka mengeluarkan Rp. 883,8 untuk biaya pekerja.

Salah satu alasan petani mengeluarkan konsumsi yaitu karena petani merasa kasihan dengan pekerja panen selain itu sudah jadi kewajiban untuk memberikan konsumsi. Biaya upah panen biasanya berfluktuasi mengikuti perputaran harga pasaran gabah di Raja Bejamu yang diambil pedagang pengumpul. Adapun harga jual petani kepada pedagang pengumpul yaitu Rp 3.750/kg, sedangkan pedagang pengumpul menjual kepedagang besar adalah sebesar Rp 4.800/kg.

Sistem pembayaran pada pemasaran gabah melalui dua cara yaitu pembayaran tunai ataupun peminjaman modal diawal penanaman. Dalam pembayaran tunai yaitu dilakukan pada saat selesai penimbangan maka akan langsung pembayaran tunai tanpa adanya hutang/bon. Sedangkan dalam hal ini yang dimaksud dengan pembayaran diawal penanaman adalah disaat petani kekurangan modal untuk biaya berusaha tani tetapi tidak semua petani meminjam modal kepedagang pengumpul hanya sebagian kecil aja bagi petani yang kurang mampu.

Pedagang pengumpul hanya menjual gabah ke satu pedagang besar saja di Kota Medan, ini disebabkan karena sudah adanya langganan atau terikat perjanjian harga yang disepekati oleh pedagang. Selain itu mereka juga sudah cukup lama menjalin hubungan kerja sama sehingga mereka sudah saling percaya satu sama lainnya antara pedagang pengumpul dengan pedagang besar. 

Previous
« Prev Post