Desa Teluk Meranti |
Sumber Pendapatan/Lapangan Pekerjaan
Sumber mata
pencaharian utama masyarakat adalah pertanian tanaman semusim (padi jagung, dan
palawija). Masyarakat asli sebagian besar (sekitar 40%) menjadi nelayan penangkap
ikan di sungai. Sekitar 10% penduduk bermata pencaharian sebagai pedagang, pengusaha
sarang walet dan selebihnya bergantung pada usaha perkebunan kelapa sawit dan
karet. Warga yang bekerja sebagai karyawan di perusahaan HTI PT RAPP sangat
sedikit karena banyak yang tidak memenuhi persyaratan yang diminta terkait
tingkat pendidikan.
Wisata Bono
Desa Teluk
Meranti memiliki andalan wisata Bono. Bono merupakan
fenomena ombak yang masuk menuju Semenanjung Kampar melalui Sungai Kerumutan.
Ombak bono
ini
dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan gravitasi bulan. Wisatawan yang
menikmati bono
pada
umumnya ramai pada sekitar bulan Desember. Wisata ini mulai terkenal sejak tahun
2012, yaitu sejak adanya wisatawan mancanegara yang datang ke desa ini dan memanfaatkan
ombak bono
untuk
surfing. Namun sebelum
itu, telah banyak pula orang-orang yang datang untuk melihat fenomena ombak bono. Promosi wisata Bono dibantu oleh
program Corporate
Social Responsibility (CSR) dari perusahaan konsesi HTI.
Tingkat Pendapatan
Tingkat
pendapatan penduduk berkisar antara Rp1.000.000,00 hingga Rp27.400.000,00 per bulan, atau Rp1
juta hingga Rp27,4 juta per bulan, atau Rp1–27,4 juta/bulan dengan nilai rata-rata sekitar
Rp7.725.484,00/bulan5. Tingkat pendapatan bervariasi cukup tajam karena beberapa KK,
selain memiliki kebun kelapa sawit, juga melakukan kegiatan nonusaha tani berupa usaha
dagang, khususnya pengepul kelapa sawit. Sekitar seratus KK juga dilaporkan melaksanakan
usaha budi daya sarang burung walet. Usaha ini memerlukan modal awal yang cukup besar
(minimum harus memiliki sekitar Rp80 juta sebagai modal awal), namun apabila panennya
berhasil, usaha ini dapat menghasilkan keuntungan yang sangat besar
Industri Rumah Tangga
Beberapa
industri rumah tangga sudah berkembang cukup baik di desa ini. Ada beberapa jenis
industri rumah tangga, baik berupa produk makanan maupun penghasil kerajinan anyaman.
Industri rumah tangga penghasil produk makanan terdiri atas emping jagung dan
kerupuk ikan.
Produksi
emping jagung pada awalnya dilakukan oleh salah satu warga masyarakat yang memiliki
keterampilan produksi. Industri tersebut mulai berkembang dengan melibatkan beberapa
warga masyarakat sekitar yang berminat. Jumlah produksi emping jagung sangat
tergantung pada permintaan, namun secara rutin dapat menghasilkan 35 kg produk
emping jagung per hari.
Pemasaran
produk emping jagung saat ini terkendala oleh penurunan pasokan bahan baku.
Setelah adanya larangan pembakaran lahan, produksi jagung mengalami penurunan.
Pemasaran saat ini terbatas pada pasar lokal dan di beberapa kantor, termasuk di
perusahaan HTI PT RAPP. Selain emping jagung, pengusaha industri rumah tangga ini
juga mulai mengembangkan produk lain berupa keripik pisang dan kerupuk ikan wajang.
Namun demikian, produksinya masih terbatas untuk dipasarkan di sekitar desa.
Bidang
kerajinan anyaman merupakan potensi yang baik untuk dikembangkan. Bahan baku
anyaman tersedia cukup banyak di sekitar wilayah desa, antara lain pandan
minyak, rotan belindang, rotan palas, dan bambu.
Masyarakat desa juga banyak yang memiliki keterampilan menganyam. Berbagai
produk anyaman yang dihasilkan dari kegiatan perajin ini, antara lain tikar,
bakul, sumpit, katang-katang, tudung saji, topi, nampan, cempirai, lukah,
tangguk ambung, dan sanggung. Sayangnya, potensi usaha
kerajinan ini belum diusahakan secara optimal. Jenis kerajinan ini hanya dikerjakan
sebagian masyarakat, terutama kelompok wanita untuk mengisi waktu senggang
mereka, dan belum digarap secara serius terkait potensi bisnis anyaman ini.