Perekonomian Desa Redang

Posted by Restorasi Gambut on

Dokumentasi Cifor

Sumber Pendapatan/Lapangan Pekerjaan

Sumber mata pencaharian utama masyarakat desa adalah dari usaha tani. Sebagian besar masyarakat desa berprofesi sebagai petani (90%) dengan kepemilikan lahan bervariasi, yaitu sekitar 5-7 ha/KK. Terdapat juga beberapa KK yang tidak memiliki lahan dan sumber pendapatannya berasal dari bekerja secara serabutan atau menggarap lahan orang lain. Selain sebagai petani, penduduk desa juga berprofesi sebagai buruh, PNS, pedagang, dan usaha wiraswasta lainnya. Pada masa lalu (sebelum tahun 1978), komoditas usaha tani masyarakat pada umumnya adalah tanaman karet. Harga getah karet sempat mencapai Rp15 ribu/kg, namun harganya selama 2 tahun terakhir hanya sekitar Rp5 ribu/kg. Tingkat harga tersebut dianggap terlalu rendah karena hanya setara dengan 1/2 kg beras.Tanaman karet masyarakat kini sudah banyak ditebang untuk peremajaan yang dilakukan oleh perusahaan perkebunan karet. Perusahaan tersebut membeli tanaman karet rakyat sejak tahun 1978 dan kemudian meremajakannya. Sebagian besar tanaman karet yang ada kini sudah menjadi milik perusahaan.

Kini, sebagian besar sumber pendapatan masyarakat berasal dari tanaman kelapa sawit. Terdapat sekitar 400 KK yang memiliki kebun kelapa sawit melalui skema PIR. Masyarakat pemilik kebun tersebut mencicil kebunnya kepada perusahaan yang membangun kebun kelapa sawit tersebut melalui skema Kredit Koperasi Primer untuk Anggota (KKPA). Setiap KK memperoleh satu kaveling kebun (2 ha) dan mulai mencicil dari hasil panen kelapa sawit. Pendapatan yang diterima masyarakat untuk setiap kaveling relatif rendah, yaitu hanya Rp320 ribu per 3 bulan. Penerimaan tersebut merupakan sisa hasil usaha (SHU) yang diterima oleh anggota, yaitu sisa hasil panen kelapa sawit setelah dipotong kewajiban
cicilan kebun ke perusahaan.
Pendapatan yang rendah dari tanaman kelapa sawit terutama disebabkan oleh rendahnya produktivitas tanaman kelapa sawit yang tumbuh di areal gambut. Hasil produksi kelapa sawit di lahan mineral rata-rata mencapai 2 ton/ha/bulan, sedangkan di lahan gambut hanya mencapai 0,5 ton/ha/bulan. Dengan harga jual kelapa sawit sebesar Rp1.500,00/ kg, hasil tersebut memberikan pendapatan kepada masyarakat sebesar Rp3 juta/ha/bulan untuk kebun di lahan mineral dan hanya sekitar Rp750 ribu/ha/ bulan untuk kebun kelapa sawit di lahan gambut. Karena hasil kebun kelapa sawit di lahan gambut yang relatif kecil, banyak anggota masyarakat yang akhirnya menjual sebagian dari kebun mereka tersebut. Harga jual kebun kelapa sawit per kaveling di areal gambut tersebut sekitar Rp25-80 juta, tergantung umur tanaman dan produktivitasnya. Peminat kebun tersebut cukup banyak yang umumnya berasal dari penduduk luar desa.

Tingkat Pendapatan

Berdasarkan hasil survei terhadap 31 KK, tingkat pendapatan masyarakat sangat bervariasi antara Rp800 ribu/bulan hingga Rp38 juta/bulan dengan nilai rata-rata sekitar Rp6 juta/ bulan. Namun, sebagian besar pendapatan masyarakat berada di kisaran Rp3 juta/bulan. Anggota masyarakat yang berpendapatan tinggi umumnya mereka yang juga menjadi pengepul kelapa sawit atau menjadi pemasok kelapa sawit ke industri. Buku RPJMD 2016-2021 Desa Redang menyatakan bahwa sebagian besar warga desa (65%) masih hidup di bawah garis kemiskinan dan memiliki sumber mata pencaharian sebagai petani/pekebun dan buruh tani/kebun. Namun demikian, penuturan dari tokoh masyarakat53, tingkat kesejahteraan masyarakat secara umum di Desa Redang relatif merata. Masing-masing keluarga rata-rata sudah memiliki 2–4 unit sepeda motor.

Kondisi rumah penduduk pada umumnya sudah permanen dengan dinding dari tembok. Sebagian besar masyarakat Desa Redang (>60%) sudah terbiasa meminjam uang ke bank (BRI-Syariah) dengan nilai yang cukup besar (>Rp10 juta) untuk biaya modal (usaha kecil kaum ibu-ibu), keperluan sarana produksi (pupuk dan obat-obatan), atau pembelian sepeda motor. Informasi yang tercantum di dalam Buku RPJMD 2016-2021 Desa Redang kemungkinan masih perlu diverifikasi.

Industri Rumah Tangga

Di Desa Redang sudah mulai berkembang beberapa usaha ekonomi produktif rumah tangga, seperti kelompok perajin anyaman keranjang, kelompok ibu-ibu penjahit pakaian, pengolahan batu bata, bengkel tambal ban dan cuci motor, penyewaan tenda untuk perayaan, dan kelompok peternak. Selain itu, terdapat pula beberapa warung penjual handphone dan warung kelontong yang menyediakan berbagai keperluan rumah tangga. Kepemilikan ternak mencakup ayam/itik sekitar 16 ribu ekor, kambing 300 ekor, sapi 260 ekor, kerbau 5 ekor, dan 15 unit kolam ikan.

Previous
« Prev Post