Tipikal Kebakaran Lahan Gambut

Posted by Restorasi Gambut on

Kebakaran gambut terjadi di lapisan gambut (tanah organik), akar, daun kering dan bahan organik lainnya. Jenis ini api membara (api tidak lengkap), yang dapat aktif selama berhari-hari dengan tingkat penyebarannya flameless dan rendah. Kedalaman membara sekitar puluhan sentimeter tetapi sulit untuk dikenali dengan mata telanjang. Di Kalimantan Tengah, kebakaran gambut adalah salah satu isu lingkungan yang besar terkait dengan emisi karbon dan degradasi lahan gambut. Kebakaran lahan gambut biasanya menghasilkan asap beracun dan mereka melepaskan sejumlah besar gas rumah kaca (CO2, SO4 dan N2O). Hooijer dkk (2006) memperkirakan bahwa emisi CO2 dari sumber ini di Indonesia adalah kemungkinan ratarata maksimum 4,32 Gt/y.

Tulisan ini adalah untuk menjelaskan kondisi kebakaran gambut khususnya suhu membara oleh pengamatan digital dari kebakaran yang sebenarnya dekat Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Indonesia, di mana meliputi sebagian dari area eks PLG. Sebagian besar wilayah telah terbakar beberapa kali dari tahun 1997 hingga 2013 selama musim kemarau musim panas. Untuk mengamati kondisi kebakaran gambut yang sebenarnya, kita sekarang menggunakan sistem video termal (TVS) untuk mengukur penyebaran api gambut. Profil suhu yang terlihat dari kebakaran besar yang sebenarnya di area eks PLG pada 15 September 2004 diamati dengan TVS.

Pengamatan pertama menunjukkan bahwa suhu di zona kebakaran gambut berkisar antara 100 hingga 500oC. Suhu sekitar 500oC adalah suhu pembakaran gambut yang menyala dan bertepatan dengan suhu bercahaya yang diamati dari TG-DTA (Usup dkk 2004). Suhu yang lebih rendah berada di garis depan (batas), di mana itu sekitar 125oC, tepat di atas titik didih air. Dalam situasi ini, kandungan air gambut umumnya akan menguap, setelah lapisan gambut akan mulai menyala, batas suhu yang lebih rendah ini dapat disebut sebagai zona pemanasan awal (Rein dkk. 2008), ini adalah situasi bersamaan dengan itu di pusat area pembakaran, di bagian tengah, suhu yang direkam oleh TVS lebih tinggi mulai dari 300 hingga 500oC.

Gambar 1 .Gambar infra red (IR) kondisi kebakaran gambut di Desa
Tumbang Nusa (atas). Gambar yang diambil oleh kamera
biasa (kiri) dan kamera termal (kanan).

Di zona pusat ini tempat pembakaran menyala terjadi juga akan ada pelepasan panas dan asap dalam jumlah besar. Pengamatan pada
Gambar 1. menunjukkan suhu di pusat pembakaran hanya sekitar 350oC. Hal ini karena aktivitas kebakaran di daerah ini telah berusaha untuk dipadamkan oleh petugas pemadam kebakaran dengan injeksi air. Sebagai bukti, pinggiran suhu membara diperiksa menggunakan Thermo Perekam TR-81 menunjukkan kisaran 25-30oC. Kondisi menunjukkan basah tapi masih membara hidup selama beberapa minggu kemudian.

Deskripsi sifat fisik gambut setelah mengalami kebakaran berulang adalah kematangan gambut dari keenam lokasi contoh adalah cukup beragam dari saprik (lanjut) sampai fibrik (muda). Kebergaman kematangan gambut cenderung secara vertikal, dimana bagian permukaan memiliki kematangan saprik. Material gambut Saprik tersebut didominasi bahan gambut yang sudah melapuk dan memiliki tekstur mirip tanah mineral serta memiliki warna dari coklat muda ke hitam (Andriesse, 1988).

Namun, kadar air pada lokasi penelitian tergolong masih tinggi, dimana rata-rata memiliki berkisar antara 100-200 %. Kadar air tertinggi terdapat pada Desa Tumbang Nusa yaitu mencapai 400% meskipun sampel diambil pada saat musim kering. Hal ini berhubungan dengan kondisi gambut yang cukup lembab di lokasi tersebut. Ini merupakan fenomena yang cukup menarik karena pada lokasi tersebut terjadi kebakaran yang cukup parah.

Sementara itu, berdasarkan pengamatan pada lokasi di Palangka Raya dan Dadahup cenderung telah terjadinya kondisi kering tak balik (irreversible drying). Ciri-cirinya adalah ditemukan banyak pasir semu (pseudosand) yang akan mengambang jika dimasukkan ke air. Kondisi ini sebagai akibat dari menurunnya gugus karboksilat (COOH) dan OFH-fenolat sehingga gambut pada 0-20 cm menjadi sangat kering (Azri, 1999; Yulianti dkk, 2010).

Gambar 2 . Profil suhu kebakaran pada permukaan gambut (0 -50 cm)

Pengamatan perubahan suhu pada lapisan gambut telah dilakukan selama periode kebakaran pada peristiwa kebakaran tahun 2012. Dalam penelitian ini, IR-gambar dari api gambut 0-50 cm diklasifikasikan menggunakan beberapa kategori untuk menunjukkan variasi suhu lapisan gambut seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2. Dari ekstrem tinggi ke suhu tinggi terjadi sebagian besar di kedalaman melebihi 20 cm di bawah tanah. Di sisi lain, suhu rendah terjadi di permukaan tanah. Ini adalah salah satu alasan mengapa kebakaran gambut sangat sulit untuk diakui oleh mata telanjang. Di beberapa daerah, kami sulit untuk menemukan asap dan radiasi panas di permukaan sebagai tanda kebakaran gambut, terutama setelah hujan atau injeksi air oleh petugas pemadam kebakaran.

Previous
« Prev Post