Kegiatan Survey
Daerah Rawan Terbakar telah dilaksanakan di Kelurahan Bangsal Aceh pada tanggal
2 dan 3 Oktober 2018. Dalam pelaksanaan di lapangan, kegiatan survey ini
mengambil satu orang masyarakat Kelurahan Bangsal Aceh, yang dalam hal ini
langsung melibatkan pengurus RT 08. Pemilihan ketua RT 08 sendiri dikarenakan
selama ini wilayah Bangsal Aceh yang riwayat kebakarannya tertinggi berada di
sekitar RT 08 tersebut.
Ketua RT 08
menyebutkan, beberapa lokasi rawan terbakar diwilayahnya kebanyakan dikuasai
oleh orang yang tidak bertempat tinggal di Bangsal Aceh. Selain itu, jika
mengacu pada sejarah kebakaran, lahan yang sering kali terbakar itu biasanya
merupakan lahan tidur, sehingga menyebabkan api mudah merembet. Hal inilah yang
dikatakannya menjadi sebuah permasalahan yang perlu dicarikan solusinya.
Kembali
ketua RT menjelaskan, riwayat kebakaran yang terjadi diwilayahnya dimulai sejak
tahun 2015 lalu. Pada Maret 2015 lalu, ada kurang lebih 20 hektar lahan
terbakar diwilayah RT 08. Bahkan salah satu lokasi terbakar termasuk didalamnya
kebun milik ketua RT 08. Api saat itu berasal dari lahan kebun milik Sulaiman
yang merupakan lahan tidur, sehingga menjalar dengan cepat ke lahan yang berada
disekitarnya. Pemadaman api dilakukan selama 23 hari dengan melibatkan
masyarakat sekitar. Pemadaman saat itu masih cukup sulit dilakukan, dikarenakan
alat pemadaman masih menggunakan mesin robin. Disekitar lokasi ini juga kembali
terjadi kebakaran lahan pada tahun 2017 lalu.
Kemudian
pada Mei 2018, kebakaran lahan terjadi dilahan milik Ibu Eli. Luasan kebakaran
pada saat itu sekitar 10 Hektare. Pemadaman api dilakukan selama kurang lebih
20 hari dengan melibatkan masyarakat, bhabinkamtibmas, babinsa, manggala agni,
BPBD, serta pihak kelurahan. Adapun alat yang digunakan untuk memadamkan api
pada saat itu menggunakan 1 unit mini stricker, dan 1 unit mesin barakuda.
Untuk
riwayat kebakaran lahan yang terakhir kali terjadi pada Agustus 2018 lalu.
Lokasi kebakaran terjadi di lahan milik kelompok pemuda, dan lahan milik Amin,
salah satu pemilik lahan yang tidak berdomisili di Bangsal Aceh. Pada saat itu
luasan kawasan yang terbakar berkisar sekitar 38 hektar, dengan pembagian 8
hektar milik kelompok pemuda, dan 30 hektar lahan milik Amin. Kebakaran
terkahir kali ini cukup menyita waktu untuk pemadamannya, dikarenakan lokasinya
yang cukup jauh, dan tidak memiliki sumber air yang memadai untu memadamkan
api.
Dalam hal
ini para petugas pemadaman langsung meminta bantuan kepada alat berat yang ada
dusekitar lokasi kebakaran, untuk melakukan penggalian guna mendapatkan sumber
air. Setelah membuat beberapa sumur, akhirnya pemadaman dapat dilakukan. Alat
pemadaman sendiri menggunakan 1 unit mini stricker dan 1 unit mesin barakuda.
Untuk
kedepannya, masyarakat Bangsal Aceh sangat mengharapkan, adanya bantuan
pembuatan embung di lokasi-lokasi yang rawan terbakar, sehingga saat pemadaman
api sumber air mudah didapatkan. KAR sendiri telah menjelaskan, dengan bantuan
donor dari Yayasan Belantara, akan menindak lanjuti kegiatan survey daerah
rawan terbakar. Beberapa kegiatan yang akan dilakukan diantaranya pembangunan
sekat kanal, pelatihan untuk MPA, serta bantuan alat pemantauan kebakaran.
Dengan
adanya kegiatan survey daerah rawan terkar tersebut, KAR bersama masyarakat
Bangsal Aceh akan membuat sebuah peta kawasan rawan terbakar. Peta ini sendiri
nantinya dapat digunakan untuk memudahkan pemantauan terhadap area yang selama
ini sering kali terjadi kebakaran lahan.