Lahan di seluruh wilayah desa sudah berupa perkebunan kelapa
sawit, pemukiman, dan pertanian lahan kering. Lahan terdiri atas campuran tanah
mineral dan gambut dangkal yang sebagian besar telah berubah menjadi lahan mineral
karena proses pembakaran dan pengolahan lahan yang berulang. Pertanian lahan kering,
termasuk di areal lahan pekarangan rumah penduduk, pada awalnya digunakan untuk
budi daya tanaman pangan, seperti padi, singkong, dan kacang-kacangan. Namun,
lahan-lahan tersebut kini sudah ditanami kelapa sawit oleh penduduk. Karena
lahan sudah terbatas, banyak transmigran yang memperluas kebun mereka dengan
membeli lahan di wilayah desa-desa tetangga yang berbatasan langsung. Bahkan,
perluasan tersebut sampai ke desa yang cukup jauh, seperti Desa Mak Teduh dan Kecamatan
Teluk Meranti.
Perekonomian
Sumber Pendapatan/Lapangan Pekerjaan
Sumber mata pencaharian utama masyarakat desa
adalah tanaman kelapa sawit yang telah dibudidayakan sejak tahun 1988 sebagai
bagian dari program Transmigrasi Perkebunan Inti Rakyat (TransPIR). Kebun
kelapa sawit masyarakat (termasuk sekat kanal) dibangun melalui skema kerja
sama inti-plasma dengan perusahaan perkebunan kelapa sawit PT Sari Lembah Subur
(Astra Agro Lestari Group), yang pabrik pengolahannya berada di wilayah desa.
Biaya pembangunan kebun kemudian dibebankan sebagai pinjaman masyarakat yang
dapat diangsur pembayarannya dari hasil panen kelapa sawit. Angsuran pinjaman tersebut
dikelola oleh Koperasi Unit Desa (KUD) melalui pemotongan hasil penjualan kelapa
sawit dengan besaran maksimum sebesar 30% dari hasil panen setiap bulan.
Pinjaman yang dibebankan dalam pembangunan kebun kelapa sawit
plasma di atas sebesar Rp9,5 juta per kaveling (2 ha). Pinjaman tersebut berhasil
dilunasi pada tahun 1997–1998 sehingga mereka memperoleh sertifikat lahan kebun
yang dijaminkan di bank. Pada masa itu, seiring dengan terjadinya reformasi dan
krisis ekonomi di Indonesia, yang mana terjadi peningkatan nilai tukar US$
terhadap rupiah, harga Crude
Palm Oil (CPO) mengalami peningkatan yang cukup
tinggi. Peningkatan harga tersebut berdampak pada peningkatan harga jual kelapa
sawit petani ke industri. Perusahaan mitra (PT. Sari Lembah Subur) berperan
sebagai satu-satunya pembeli kelapa sawit masyarakat. Lokasi pabrik pengolahan
kelapa sawit yang relatif dekat menjadikan perusahaan tersebut sebagai
satu-satunya alternatif terbaik untuk pasar kelapa sawit masyarakat. Namun,
harga kelapa sawit ternyata selalu berfluktuasi dan kini, tingkat harga relatif
rendah, yaitu pada tingkat Rp1.495,00/kg.
Kebun kelapa sawit merupakan aset yang penting bagi masyarakat
desa. Harga jual kebun kelapa sawit di desa terus meningkat secara drastis.
Sebagai ilustrasi, harga jual satu kaveling (2 ha) kebun kelapa sawit beserta
rumah dan pekarangan (0,5 ha) pada tahun 1990 sebesar Rp900 ribu. Saat ini,
harga tersebut menjadi sekitar Rp400 juta dan sudah sangat sulit untuk mencari
orang yang mau menjualnya. Hal ini menunjukkan bahwa salah satu indikator
kesejahteraan dan status sosial masyarakat dapat diketahui dari luasnya
kepemilikan kebun kelapa sawit.
Berkembangnya komoditas kelapa sawit juga telah mendorong
hadirnya pelayanan perbankan, seperti BNI dan BRI untuk mendukung kegiatan
perekonomian di desa. Kehadiran perbankan di desa menunjukkan potensi
perekonomian desa yang terus berkembang. Pasar desa yang berlangsung seminggu
sekali juga menjadi indicator kondisi perekonomian masyarakat desa. Pasar desa
yang ramai menunjukkan kondisi perekonomian masyarakat yang lebih baik.
Sumber pendapatan lainnya yang penting berdasarkan tingkat
kontribusinya terhadap penghidupan masyarakat secara umum adalah:
- Buruh kebun. Lebih kurang 50% warga desa bekerja sebagai buruh pada kebun kelapa sawit warga lainnya dan kebun kelapa sawit milik perusahaan.
- Berdagang dan jasa lainnya. Perdagangan kebutuhan pokok masyarakat berkembang seiring dengan tingkat perekonomian masyarakat yang meningkat sehingga beragam jenis toko mulai didirikan. Selain itu, usaha jasa seperti bengkel kendaraan bermotor juga berkembang di desa ini.
- Beternak sapi. Beternak merupakan hal baru bagi masyarakat desa yang dilakukan secara berkelompok ataupun perorangan dalam 4 tahun terakhir. Ternak menjadi sumber pendapatan sampingan bagi masyarakat.
- Karyawan perusahaan dan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Kegiatan ini hanya dilakukan oleh sebagian kecil masyarakat dan biasanya merupakan generasi ke-2 dari petani TransPIR.
Tingkat Pendapatan
Berdasarkan hasil survei rumah tangga, tingkat pendapatan
penduduk per KK berkisar antara Rp492.500,00 hingga Rp20.000.000,00 per bulan
dengan nilai rata-rata sekitar Rp6.118.308,00 per bulan22. Tingkat pendapatan bervariasi karena
beberapa KK sudah memiliki kebun kelapa sawit tambahan di luar jatah kebun
plasma. Beberapa KK juga merupakan pendatang yang tidak memiliki kebun plasma
selain lahan pekarangan dan bekerja di sektor nonusaha tani.
Industri Rumah Tangga
Beberapa industri rumah tangga sudah mulai berkembang di desa
ini, seperti perajin tahu dan
tempe, penjahit baju (khususnya seragam anak-anak sekolah), dan perbengkelan.