Fasilitas Desa
Fasilitas umum yang ada di desa terdiri atas
berbagai bangunan dan jalan yang berada dalam kondisi yang relatif baik dan
terus berkembang. Jalan desa yang ada sepanjang 12 km dengan kondisi berupa
jalan tanah dan jalan beton. Di desa ini juga telah dibangun 6 unit jembatan
sebagai penghubung jalan di desa. Fasilitas keagamaan yang berada di desa
berupa masjid sebanyak 4 unit, gereja 3 unit dan 3 unit madrasah. Untuk kegiatan
pendidikan, terdapat 2 unit SD Negeri dan 1 unit TK. Pelayanan kesehatan di
desa disediakan oleh keberadaan fasilitas Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) Pembantu, Pos Kesehatan Desa, dan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).
Kependudukan
Jumlah Penduduk
Hampir seluruh masyarakat Desa Bukit Lembah Subur
adalah pendatang transmigran yang datang secara bertahap sejak periode tahun
1987–1988. Pada tahun 1989, jumlah penduduk desa sebanyak 503 KK. Menurut
penuturan beberapa tokoh masyarakat, tidak semua transmigran
pendatang awal yang terus bertahan; bahkan, hanya sekitar 50% yang tetap
bertahan karena usaha taninya kurang berhasil tatkala jatah jaminan hidup
(jadup) sudah habis. Transmigran yang meninggalkan desa tersebut kemudian
menjual rumah dan lahannya kepada pendatang baru atau digantikan oleh
transmigran yang baru.
Jumlah penduduk desa terus mengalami pertambahan dalam 30
tahun terakhir. Jumlah penduduk pada tahun 2016 tercatat sebanyak 2.975 jiwa (1.511
jiwa laki-laki dan 1.464 perempuan) yang tergabung ke dalam 823 KK. Dalam 30
tahun terakhir, penambahan KK berjumlah 320 KK, atau naik 63,62% dari jumlah
awal KK yang tercatat sebagai peserta transmigrasi pada tahun 1987. Jumlah
penduduk desa terbesar berada pada kelompok umur 26–55 tahun sebanyak 1.289
jiwa (43,33%) dan jumlah penduduk desa terkecil berada pada kelompok umur 0–6
tahun sebanyak 245 jiwa (8,26%). Sebagian besar jumlah penduduk atau sebanyak 1.832 jiwa (61,58%) berada pada usia
produktif 19–55 tahun.
Tingkat Pendidikan
Sebaran tingkat pendidikan KK di Desa Bukit Lembah Subur
didominasi oleh tamatan SD, sedangkan jumlah tamatan SMP dan SMA hampir sama
dan sebagian kecil sudah menempuh jenjang pendidikan sarjana (Gambar 12)21. Pendidikan anak sudah mendapat prioritas
dari para orang tua, namun keterbatasan ekonomi menyebabkan banyak generasi muda
yang sudah menamatkan SMP umumnya langsung bekerja membantu orang tua dalam
usaha tanaman kelapa sawit.
Etnis
Para transmigran terdiri atas etnis Sunda (Jawa Barat), Betawi
(DKI Jakarta), Jawa (Jawa Tengah dan Jawa Timur), dan sebagian kecil masyarakat
lokal (Melayu). Sebagian transmigran yang meninggalkan desa digantikan oleh
para pendatang, baik secara swadaya maupun melalui program transmigrasi dari
pemerintah (Dinas Transmigrasi). Para pendatang tersebut antara lain dari
daerah Sumatera Utara (Batak) yang datang ke desa untuk membeli lahan kelapa
sawit transmigran atau bekerja di berbagai sektor usaha seiring dengan
berkembangnya ekonomi desa