Ketahanan Pangan

Posted by Restorasi Gambut on

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang tidak dapat ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa makan dan minum yang cukup jumlah dan mutunya, manusia tidak akan produktif dalam melakukan aktifitasnya. Masalah pangan menvangkut pula keamanan, keselamatan dan kesehatan baik jasmani maupun rohani. Keamanan pangan merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam konsumsi sehari-harl. Dengan demikian sesungguhnya pangan selain harus tersedia dalam jumlah yang cukup, harga yang terjangkau juga harus memenuhi persyaratan lain yaitu sehat, aman dan halal.

Seiring dengan meningkatnya pengetahuan dan kesadaran akan kesehatan terhadap pangan yang dikonsumsi, mengkonsumsi pangan yang aman merupakan hal yang harus diperhatikan oleh produsen dan konsumen. Berdasarkan UU Pangan No. 7 tahun 1996, keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia.

Keamanan pangan di Indonesia dewasa ini masih jauh dari keadaan aman, yang

dapat dilihat dari peristiwa keracunan makanan yang banyak terjadi belakangan ini. Kenyataan ini ditunjang juga dengan data hasil pengujian makanan oleh laboratorium di beberapa daerah, masih menunjukkan kondisi makanan masih rawan bahaya. Walaupun, demikian, konsumen pada umumnya belum memperdulikan atau belum mempunyai kesadaran tentang keamanan makanan yang mereka konsumsi, sehingga belum banyak menuntut produsen untuk menghasilkan produk makanan yang aman.

2. Tujuan

a. Menyebarluaskan informasi tentang pentingnya keamanan pangan

b. Menambah wawasan keilmuan tentang penyediaan makanan yang aman.

Apa itu kemanan pangan ?

Pangan yang aman adalah pangan yang tidak mengandung bahaya biologi atau mikrobiologi, bahaya kimia, dan bahaya fisik.

Bahaya biologis atau mikrobiologis terdiri dari parasit (protozoa dan cacing), virus, dan bakteri patogen yang dapat tumbuh dan berkembang di dalam bahan pangan, sehingga dapat menyebabkan infeksi dan keracunan pada manusia. Beberapa bakteri patogen juga dapat menghasilkan toksin (racun), sehingga jika toksin tersebut terkonsumsi oleh manusia dapat menyebabkan intoksikasi. Adanya virus dan protozoa dalam makanan atau bahan pangan masih belum banyak yang diteliti dan diidentifikasi. Namun informasi tentang virus hepatitis A dan protozoa Entamoeba hystolitica telah diketahui dapat mencemari air. Cacing diketahui terdapat pada hasil-hasil peternakan, misalnya Fasciola hepatica yang ditemukan pada daging atau hati sapi. Adanya cemaran cacing tersebut akan mengakibatkan infeksi pada manusia jika mengkonsumsi daging atau hati sapi yang tidak dimasak dengan baik.

Bahaya kimia pada umunya disebabkan oleh adanya bahan kimia yang dapat menimbulkan terjadinya intoksikasi. Bahan kimia penyebab keracunan diantaranya logam berat (timbal/Pb dan raksa/Hg). Cemaran-cemaran tersebut berasal dari cemaran industri, residu pestisida, hormon, dan antibiotika.

Bahaya fisik terdiri potongan kayu, batu, logam, rambut, dan kuku yang kemungkinan berasal dari bahan baku yang tercemar, peralatan yang telah aus, atau juga dari para pekerja pengolah makanan. Meskipun bahaya fisik tidak selalu menyebabkan terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan, tetapi bahaya ini dapat sebagai pembawa atau carier bakteri-bakteri patogen dan tentunya dapat mengganggu nilai estetika makanan yang akan dikonsumsi.

Beberapa bahan kemasan makanan yang perlu diwaspadai : 1. Plastik Bahan pengemas yang satu ini mudah didapat dan sangat fleksibel penggunaannya. Setiap hari kita menggunakan plastik, baik untuk mengolah, menyimpan atau mengemas makanan. Ketimbang kemasan tradisional seperti dedaunan atau kulit hewan, plastik memang lebih praktis dan tahan lama. Kelemahannya adalah, plastik tidak tahan panas dan dapat mencemari produk akibat migrasi komponen monomer yang akan berakibat buruk terhadap kesehatan konsumen. Selain itu, plastik juga bermasalah untuk lingkungan karena merupakan bahan yang tidak dapat dihancurkan dengan cepat dan alami (non-biodegradable). Perlu diingat bahwa sebenarnya plastik itu tidak berbau dan berwarna. Jadi hindari penggunaan plastik yang bau dan berwarna gelap untuk membungkus makanan secara langsung. Plastik kresek hitam yang sering digunakan sebagai pembungkus gorengan, gelas plastik yang dipakai untuk air mendidih, botol kemasan air mineral yang diterpa sinar matahari setiap hari, serta penggunaan plastik kiloan untuk membuat ketupat, adalah contoh-contoh penggunaan kemasan plastik yang salah dan sangat berbahaya. Akibat dari penggunaan plastik yang tidak sesuai dengan fungsinya ini, dikhawatirkan akan terjadi perpindahan komponen kimia dari plastik ke dalam makanan dan bisa menyebabkan kanker. Selain untuk mengemas langsung bahan makanan, seringkali digunakan sebagai pelapis kertas. Jenis plastik sendiri beraneka ragam, ada Polyethylene, Polypropylen, Poly Vinyl Chlorida (PVC), dan Vinylidene Chloride Resin. Secara umum plastik tersusun dari polimer yaitu rantai panjang dan satuan-satuan yang lebih kecil yang disebut monomer. Polimer ini dapat masuk dalam tubuh manusia karena bersifat tidak larut, sehingga bila terjadi akumulasi dalam tubuh akan menyebabkan kanker. Bila makanan dibungkus dengan plastik, monomer-monomer ini dapat berpindah ke dalam makanan, dan selanjutnya berpindah ke tubuh orang yang mengkonsumsinya. Bahan-bahan kimia yang telah masuk ke dalam tubuh ini tidak larut dalam air sehingga tidak dapat dibuang keluar, baik melalui urin maupun feses (kotoran).

2. Styrofoam Pada Juli 2001, Divisi Keamanan Pangan Pemerintah Jepang mengungkapkan bahwa residu styrofoam dalam makanan sangat berbahaya. Residu itu dapat menyebabkan endocrine disrupter (EDC), yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi dan reproduksi manusia akibat bahan kimia karsinogen dalam makanan. Secara tidak langsung kalau kita sering menggunakan styrofoam ini bisa menyebabkan kanker. 3. Kertas Beberapa kertas kemasan dan non-kemasan (kertas koran dan majalah) yang sering digunakan untuk membungkus makanan, terdeteksi mengandung timbal (Pb) melebihi batas yang ditentukan. Di dalam tubuh manusia, timbal masuk melalui saluran pernapasan atau pencernaan menuju sistem peredaran darah dan kemudian menyebar ke berbagai jaringan lain, seperti: ginjal, hati, otak, saraf dan tulang. Keracunan timbal pada orang dewasa ditandai dengan gejala 3 P, yaitu pallor (pucat), pain (sakit) & paralysis (kelumpuhan). Keracunan yang terjadi pun bisa bersifat kronis dan akut. Penggunaan kertas yang telah diputihkan dan sering digunakan sebagai pembungkus teh celup juga berbahaya bagi tubuh. Kertas ini berbahaya karena sudah ditambahkan bahan pemutih (chlorine), suatu unsur yang dapat menimbulkan kanker. Contoh produk yang menggunakan kertas jenis ini adalah teh celup dan tissue. Bila terkena suhu tinggi akan menghasilkan dioksin, suatu senyawa racun yang berbahaya bagi kesehatan kita. 4. Kaleng Pada umumnya, produk makanan yang dikemas dalam kaleng akan kehilangan citra rasa segarnya dan mengalami penurunan nilai gizi akibat pengolahan dengan suhu tinggi. Satu hal lagi yang juga cukup mengganggu adalah timbulnya rasa taint kaleng atau rasa seperti besi yang timbul akibat coating kaleng tidak sempurna. Bahaya utama pada makanan kaleng adalah tumbuhnya bakteri Clostridium botulinum yang dapat menyebabkan keracunan botulinin. Tanda-tanda keracunan botulinin antara lain tenggorokan menjadi kaku, mata berkunang-kunang dan kejang-kejang yang membawa kematian karena sukar bernapas. Biasanya bakteri ini tumbuh pada makanan kaleng yang tidak sempurna pengolahannya atau pada kaleng yang bocor sehingga makanan di dalamnya terkontaminasi udara dari luar. Untungnya racun botulinin ini peka terhadap pemanasan. Selain itu, bila kita akan mengonsumsi makanan yang dikemas dalam kaleng ini perlu melakukan pemanasan ulang, yakni kurang lebih l5 menit untuk menghindarkan adanya bakteri Escherichia coli yang sangat mematikan. Cermat memilih kaleng kemasan merupakan suatu upaya untuk menghindari bahaya-bahaya yang tidak diinginkan tersebut. Boleh-boleh saja memilih kaleng yang sedikit penyok, asalkan tidak ada kebocoran. Selain itu segera pindahkan sisa makanan kaleng ke tempat lain agar kerusakan kaleng yang terjadi kemudian tidak akan mmepengaruhi kualitas makanannya. 5. Botol Plastik Mungkin sebagian dari kita mempunyai kebiasaan memakai dan memakai ulang botol plastik (Aqua, VIT etc), dan menaruhnya di mobil atau dikantor. Kebiasaan ini tidak baik, karena bahan plastic botol (disebut juga sebagai polyethylene terephthalate or PET) yang dipakai dibotol2 ini, mengandung zat2 karsinogen (atau DEHA). Botol ini aman untuk dipakai 1-2 kali saja, jika anda ingin memakainya lebih lama, tidak boleh lebih dari seminggu, dan harus ditaruh di tempat yang jauh dari matahari. Kebiasaan mencuci ulang dapat membuat lapisan plastik rusak dan zat karsinogen itu bisa masuk ke air yang kita minum. Lebih baik membeli botol air yang memang untuk dipakai ber-ulang2, jangan memakai botol plastik.

Bahan yang bersifat racun yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari : 1. Sakarin (Saccharin) Sakarin adalah bubuk kristal putih, tidak berbau dan sangat manis, kira-kira 550 kali lebih manis dari pada gula biasa. Oleh karena itu ia sangat populer dipakai sebagai bahan pengganti gula. Tikus-tikus percobaan yang diberi makan 5% sakarin selama lebih dari 2 tahun, menunjukkan kanker mukosa kandung kemih (dosisnya kira-kira setara 175 gram sakarin sehari untuk orang dewasa seumur hidup).

Sekalipun hasil penelitian ini masih kontroversial, namun kebanyakan para epidemiolog dan peneliti berpendapat, sakarin memang meningkatkan derajat kejadian kanker kandung kemih pada manusia kira-kira 60% lebih tinggi pada para pemakai, khususnya pada kaum laki-laki. Food and Drug Administation (FDA) Amerika menganjurkan untuk membatasi penggunaan sakarin hanya bagi para penderita kencing manis dan obesitas. Dosisnya agar tidak melampaui 1 gram setiap harinya.' 2. Siklamat (Cyclamate) Siklamat adalah bubuk kristal putih, tidak berbau dan kira-kira 30 kali lebih mains dari pada gula tebu (dengan kadar siklamat kira-kira 0,17%). Bilamana kadar larutan dinaikkan sampai dengan 0,5%, maka akan terasa getir dan pahit. Siklamat dengan kadar 200 mg per ml dalam medium biakan sel leukosit dan monolayer manusia (in vitro) dapat mengakibatkan kromosom sel-sel tersebut pecah. Tetapi hewan percobaan yang diberi siklamat dalam jangka lama tidak menunjukkan pertumbuhan ganda. Di Inggris penggunaan siklamat untuk makanan dan minuman sudah dilarang, demikian pula di beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat.

3. Nitrosamin Sodium nitrit adalah bahan kristal yang tak berwama atau sedikit semu kuning. Ia dapat berbentuk sebagai bubuk, butir-butir atau bongkahan dan tidak berbau. Garam ini sangat digemari, antara lain untuk mempertahankan warna asli daging serta memberikan aroma yang khas seperti sosis, keju, kornet, dendeng, ham, dan lain-lain. Untuk pembuatan keju dianjurkan supaya kandungan sodium nitrit tidak melampaui 50 ppm, sedangkan untuk bahan pengawet daging dan pemberi aroma yang khas bervariasi antara 150 – 500 ppm. Sodium nitrit adalah precursor dari nitrosamines, dan nitrosammes sudah dibuktikan bersifat karsinogenik pada berbagai jenis hewan percobaan. Oleh karena itu, pemakaian sodium nitrit harus hati-hati dan tidak boleh melampaui 500 ppm. 4. Zat Pewarna Sintetis Dari hasil pengamatan di pasar-pasar ditemukan 5 zat pewarna sintetis yang paling banyak digemari di Indonesia adalah warna merah, kuning, jingga, hijau dan coklat. Dua dari lima zat pewarna tersebut, yaitu merah dan kuning adalah Rhodamine-B dan metanil yellow. Kedua zat pewarna ini termasuk golongan zat pewarna industri untuk mewarnai kertas, tekstil, cat, kulit dan sebagainya serta bukan untuk makanan dan minuman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kedua zat warna tersebut kepada tikus dan mencit mengakibatkan limfoma. 5. Monosodium Glutamat (MSG) Monosodium glutamat (MSG) atau vetsin adalah penyedap masakan dan sangat populer di kalangan para ibu rumahtangga, warung nasi dan rumah makan. Hampir setiap jenis makanan masa kini dari mulai camilan untuk anak-anak seperti chiki dan sejenisnya, mie bakso, masakan cina sampai makanan tradisional sayur asam, lodeh dan bahkan sebagian masakan padang sudah dibubuhi MSG atau vetsin. Pada hewaan percobaan, MSG dapat menyebabkan degenerasi dan nekrosi sel-sel neuron, degenerasi dan nekrosis sel-sel syaraf lapisan dalam retina, menyebabkan mutasi sel, mengakibatkan kanker kolon dan hati, kanker ginjal, kanker otak dan merusak jaringan lemak.

Zat berbahaya pada buah dan sayuran Buah dan sayuran adalah sumber makanan yang hampir setiap hari kita konsumsi. Selain kandungan gizi dan serat yang dikandungnya, buah dan sayuran sudah menjadi sebuah kebiasaan dalam menu sehari-hari. Sebelum kita mengkonsumsi makanan ini, tentunya sudah mengalami berbagai proses pengolahan. Misalnya selama proses penanaman hingga panen, buah dan sayuran telah diberi pupuk dan selalu disemprot dengan aneka pestisida.

Ketika musim panen tiba, biasanya buah atau sayuran selalu disemprot 2-3 minggu sebelum dipanen. Tujuannya agar tampak segar dan terhindar dari serangan ulat, belalang atau penyakit lainnya. Lalu disiram atau disemprot dengan air 1-2 hari sebelum dipanen. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan berbagai residu pestisida yang sempat menempel saat penyemprotan. Perlakuan ini tentunya tidak masalah sepanjang prosedur yang digunakan sesuai ketentuan. Masalah akan timbul ketika buah atau sayuran yang akan dipanen disemprot dengan berbagai jenis pestisida yang sudah tidak diijinkan lagi bahkan jumlahnya melebihi ambang batas. Selain itu para petani sering menyemprotkan pestisida 1 hari sebelum dipanen. Bahkan tidak disiram atau disemprot kembali dengan air. Cukup hanya dicuci seadanya lalu dipasarkan. Hal inilah yang mengakibatkan buah dan sayuran terkontaminasi oleh aneka pestisida yang mengakibatkan banyak residu pestisida yang menempel dan mengering pada buah atau sayuran ketika sampai ke tangan konsumen. Selain masalah yang terjadi di atas, saat ini juga banyak buah atau sayuran impor diberi zat pengawet agar bisa tahan dan tetap tampak segar dari pusat produksi hingga ke tangan konsumen yang jauhnya bermil-mil. Sebagai contoh, buah anggur atau apel yang diimpor dari negara lain, terlebih dahulu diolah dan dilapisi dengan sejenis zat lilin (parafin) agar tetap tampak segar dan renyah ketika dimakan.

Tabel berikut menunjukkan kandungan Formalin pada beberapa buah dan sayuran impor.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiM6JbaI0FZw7zxRynZAhvwqEfFXFHubcFkvd9MfTZFXX-le8KPtFrHQJ3qBv7ryvxYpe0HxJpEAd1NZrJY4rPLuthWZDyt5VEMXvXzZ2gmfK1HCJIT_wSjjOsUebzAlTv5AQm9mCUgpYU/s320/piter+silitonga.jpg

Sumber: Puslitbang BSN Data lain juga menunjukkan pada bulan April-Agustus 2007 di berbagai pasar buah tradisional dan swalayan di wilayah Bogor menunjukkan bahwa buah-buahan impor mengandung formalin dan pestisida. Formalin ditemukan pada buah apel, durian, pear, wortel, dan lengkeng, baik pada kulit maupun daging buah dengan konsentrasi antara 0,10-122,11 ppm. Efek terhadap kesehatan Efek yang ditimbulkan oleh kandungan zat-zat beracun ini dalam tubuh manusia ada yang bereaksi sangat cepat dan ada yang berjalan lambat. Reaksi cepat akan menimbulkan keracunan tiba-tiba sesaat kita mengkonsumsi bahan makanan tersebut. Umumnya hal ini disertai mual, muntah, rasa perih yang hebat, koma, kejang bahkan kematian. Peristiwa seperti ini sudah sering kita lihat.

Sedangkan reaksi yang lambat tidak menimbulkan hal-hal yang aneh dan berbahaya sesaat kita selesai mengkonsumsinya. Namun demikian, lama-kelamaan zat yang terkandung dalam makanan tersebut akan tertimbun dalam tubuh dan menimbulkan berbagai reaksi berbahaya yang secara perlahan-lahan menggerogoti dan merusak sel-sel tubuh. Setelah tiba waktunya, muncullah berbagai jenis penyakit berbahaya, seperti kanker, ginjal, hati, jantung, stroke, gangguan saluran pencernaan, susunan syaraf pusat, gangguan otak, limpa, atau pankreas. Penyakit ini bisa timbul beberapa tahun kemudian setelah seseorang mengkonsumsi buah atau sayuran yang mengandung zat berbahaya tersebut. Tips

Penjelasan sederhana di atas sedikitnya sudah memberi gambaran bagi kita tentang zat beracun pada buah dan sayuran. Bagaimana kehadirannya, jenis-jenisnya, serta efeknya terhadap kesehatan. Tips berikut ini perlu kita ketahui untuk bisa menghilangkan atau meminimalisir efek yang ditimbulkan sehingga kita bisa terhindar dari pengaruh buruk zat berbahaya tersebut.

Pertama, mencuci bersih sayuran dan buah dengan air mengalir sebelum dimasak atau dimakan. Ini akan menghilangkan residu pestisida yang menempel dan mengering. Kedua, berusaha menghindari buah atau sayuran yang dilapisi parafin, yakni sejenis lilin yang dapat mempertahankan kesegaran buah. Biasanya zat ini tampak berupa lapisan putih dan mengkilat, seperti sering terlihat pada buah anggur, apel atau wortel. Ketiga, hindari memakan buah bersama –sama dengan kulitnya. Buah apapun itu, lebih baik memakannya dengan membuang kulitnya terlebih dahulu. Karena bisa saja residu pestisida dan zat lainnya masih ada yang menempel pada kulit buah tersebut walau telah dicuci. Keempat, jika ada sayur yang bisa dimakan mentah, lebih baik tetap memasaknya dengan suhu optimum. Kelima, hindari mengkonsumsi buah atau sayuran sekali makan dengan jumlah yang banyak. Hal ini akan memungkinkan zat beracun akan banyak yang masuk ke dalam tubuh, otomatis organ tubuh yang bertanggungjawab terhadap racun tidak mampu melawannya. Lebih baik memakannya bertahap dan memiliki rentang waktu, sehingga organ tubuh yang bertanggungjawab terhadap racun masih mampu menetralisir.

Peraturan Utama WHO tentang Persiapan Makanan dengan Aman

1. Pilih makanan yang telah diproses demi keamanannya

Banyak makanan, misalnya buah-buahan dan sayuran, yang sebaiknya dikonsumsi dalam keadaan segar. Namun demikian, makanan lainnya tidak aman dimakan apabila belum diproses. Misalnya, Anda harus selalu membeli susu yang sudah dipasteurisasi, dan jangan membeli susu mentah. Dan jika Anda dapat memilih, pilihlah daging unggas segar atau beku yang telah diproses melalui radiasi ionisasi. Saat Anda pergi berbelanja, ingatlah selalu bahwa selain untuk memperlama masa simpan, pemrosesan makanan dilakukan untuk meningkatkan keamanan pangan. Beberapa makanan yang dimakan mentah, misalnya selada, harus dicuci bersih-bersih sebelum dimakan.

2. Masak makanan sampai benar-benar matang

Banyak makanan mentah, terutama unggas, daging, telur, dan susu yang belum dipasteurisasi, mungkin terkontaminasi organisme penyebab penyakit (patogen). Proses pemasakan hingga benar-benar matang akan membunuh patogen-patogen tersebut, dengan syarat temperatur seluruh bagian makanan mencapai 70 ° C. Apabila ayam yang Anda masak ternyata masih mentah bagian tengahnya, kembalikan ayam tersebut ke dalam oven sampai seluruh bagiannya matang. Daging, ikan, dan daging unggas beku harus dicairkan dengan sempurna sebelum dimasak.

3. Segera habiskan makanan yang telah dimasak

Ketika makanan yang telah dimasak dibiarkan dingin hingga mencapai suhu ruang, mikroba mulai berkembang biak. Semakin lama dibiarkan, resiko akan semakin besar. Agar aman, makanlah makanan yang telah dimasak segera setelah makanan tersebut tidak terlalu panas untuk dimakan.

4. Simpan makanan yang telah dimasak dengan hati-hati

Apabila Anda harus menyiapkan makanan sebelum waktu makan atau Anda ingin menyimpan sisa makanan, pastikan Anda menyimpannya dalam kondisi panas (mendekati atau di atas 60°C) atau dingin (mendekati atau di bawah 10°C). Peraturan ini sangat penting, terutama apabila Anda ingin menyimpan makanan selama lebih dari 5 jam. Makanan untuk bayi sebaiknya sama sekali tidak disimpan. Kesalahan yang umum dilakukan, dan meyebabkan banyak kasus keracunan makanan, adalah memasukkan banyak makanan yang masih hangat ke dalam lemari pendingin. Di dalam lemari pendingin yang kelebihan beban, makanan tidak dapat segera menjadi dingin sampai ke bagian tengahnya. Apabila bagian tengah makanan tersebut tetap hangat (di atas 10°C) untuk waktu yang terlalu lama, mikroba tumbuh dan berkembang biak dengan cepat hingga mencapai jumlah yang dapat menimbulkan penyakit.

5. Panaskan kembali makanan matang dengan sempurna

Cara ini merupakan perlindungan yang terbaik terhadap mikroba yang mungkin tumbuh selama penyimpanan (penyimpanan dengan benar memperlambat pertumbuhan mikroba tetapi tidak membunuhnya). Sekali lagi, pemanasan yang merata berarti seluruh bagian makanan harus mencapai temperatur setidaknya 70°C.

6. Hindarkan kontak antara makanan mentah dengan makanan matang

Makanan yang telah dimasak dengan cara yang aman dapat menjadi terkontaminasi bila sedikit saja bersentuhan dengan makanan yang masih mentah. Kontaminasi silang ini dapat terjadi secara langsung, misalnya apabila daging unggas mentah bersentuhan dengan makanan matang. Namun kontaminasi silang bisa juga terjadi secara tidak langsung. Misalnya, jangan menggunakan alas pemotong dan pisau untuk memotong ayam mentah, dan kemudian menggunakan peralatan yang sama tanpa mencucinya lebih dulu untuk memotong ayam yang sudah matang. Cara demikian dapat menyebabkan kontaminasi ulang mikroorganisme penyebab penyakit.

7. Cuci tangan berulang kali

Cuci tangan sebelum Anda mulai menyiapkan makanan dan setelah tiap kali interupsi – terutama apabila Anda harus mengganti popok bayi atau pergi ke toilet. Setelah menyiapkan makanan mentah, misalnya ikan, daging, atau unggas, cuci tangan Anda sebelum Anda mulai menangani makanan yang lain. Apabila Anda memiliki luka di tangan, pastikan Anda telah menutup luka tersebut sebelum menyiapkan makanan. Ingatlah bahwa hewan peliharaan seperti anjing, kucing, burung, apalagi kura-kura, sering menjadi sarang patogen berbahaya yang dapat berpindah dari tangan Anda ke makanan.

8. Jaga semua permukaan dapur tetap bersih

Karena makanan sangat mudah terkontaminasi, semua permukaan yang digunakan untuk menyiapkan makanan harus dijaga agar tetap bersih. Ingat bahwa tiap potongan makanan, remah-remah atau noda merupakan tempat yang potensial sebagai sarang patogen. Kain yang bersentuhan dengan peralatan makan harus sering diganti dan dipanaskan dalam air mendidih sebelum digunakan kembali. Kain lain yang digunakan untuk membersihkan lantai juga perlu sering dicuci.

9. Lindungi makanan dari serangga, hewan pengerat, dan hewan-hewan lain

Hewan sering membawa mikroba patogen, yang dapat menyebabkan penyakit. Menyimpan makanan dalam wadah tertutup merupakan perlindungan terbaik untuk keamanan Anda.

10. Gunakan air yang aman

Air yang aman sangat penting dalam penyiapan makanan, sama pentingnya seperti air untuk diminum. Apabila Anda ragu mengenai suplai air Anda, didihkan air sebelum menambahkannya ke makanan atau membuat es untuk minuman. Anda harus sangat berhati-hati dalam menggunakan air untuk menyiapkan makanan bayi.

KESIMPULAN

Dari beberapa contoh bahan kimia beracun yang sehari-hari dipergunakan sebagai zat tambahan dalam makanan dan dipakai secara meluas di kalangan masyarakat, maka bahaya dalam jangka panjang sudah dapat perkirakan. Untuk mencegah hal ini, pemerintah harus sudah berani melakukan tindakan preventif mulai sekarang dan jangan menunggu-nunggu kalau sudah ada korban. Hal lain yang perlu diingatkan, cara pemakaian MSG atau vetsin yang sudah sangat meluas dan berlebihan pada saat ini perlu mendapat perhatian khusus, karena MSG sangat mutagenik dan karsinogenik, khusus terhadap hati, kolon, ginjal, otak dan lain-lain.

Previous
« Prev Post