kultur jaringan

Posted by Restorasi Gambut on

PENGANTAR

Batasan ilmu pertanian pada pembahasan ini adalah ilmu-ilmu yang berkaitan dengan budidaya pertanian beserta teknologi pertanian. Bagaimanakah ajaran islam memandang pengembangan ilmu pertanian tersebut.

HADITS MENGENAI PENGEMBANGAN ILMU DAN TEKNOLOGI PERTANIAN

Di dalam kitab shohih muslim dibawakan hadits yang diriwayatkan dari sahabat Anas rodhiyallohu ‘anhu dia berkata: bahwasanya ketika sampai di Madinah Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam melewati suatu kaum (dari kalangan sahabat anshor) yang sedang mengawinkan pohon kurma, maka beliau berkata: ”Sekiranya kalian tidak melakukannya niscaya itu lebih baik.” Anas melanjutkan: ”kemudian (mereka tidak melakukannya) sehingga hasilnya jelek (gagal). Tatkala Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam kembali melewati mereka, beliau bertanya kepada mereka: ”Bagaimana dengan pohon-pohon kurma kalian?” Mereka berkata: ”Bukankah anda yang mengatakan begini dan begitu ( mereka mengikuti perkataan Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam tersebut meskipun hasilnya jelek). Maka Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Kalian lebih tahu dengan urusan dunia kalian”.

[Hadits Riwayat Imam Muslim No. 2363.]

PENJELASAN ULAMA TENTANG HADITS INI

Berkata Syaikh Ali Hasan: ”Sesungguhnya penghalalan suatu yang halal, pengharaman sesuatu yang haram, pensyari’atan ibadah-ibadah, penjelasan mengenai kadarnya, tatacaranya, waktu-waktunya, peletakan kaidah-kaidah umum dalam mu’amalat, tidaklah itu ada melainkan dari Alloh dan Rosul-Nya, tidak masuk di dalamnya ulama dan umaro. Kita dan mereka sama tidak mempunyai hak dalam hal tersebut, tidaklah kita kembali kepada mereka ketika berselisih, hanyalah kami kembali kepada Alloh dan Rosul-Nya.

Adapaun perkara-perkara dunia, maka mereka lebih mengetahui dari kami: para ahli pertanian lebih tahu mengenai apa yang lebih baik bagi pertanian dan lebih tahu apa yang bisa meningkatkan hasil pertanian. Maka jika mereka mengeluarkan keputusan tentang suatu hal yang terkait dengan pertanian, maka hendaklah kita mengikuti mereka dalam masalah tersebut.”

Sehingga mempelajari ilmu pertanian dan mengembangkannya adalah boleh dan tidaklah terlarang. Dan masalah tersebut diserahkan pada orang yang mempelajari pertanian atau pun orang-orang terjun di bidang pertanian, tidaklah ada campur tangan agama dalam hal ini. Namun nanti agama bisa ikut mengatur apabila sudah menyangkut pada masalah hukum misalnya halal dan haram.

PEMBAHASAN

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa islam menyerahkan pengembangan ilmu dan teknologi pertanian kepada ummat manusia. Karena ilmu dan teknologi pertanian adalah urusan dunia. Merupakan suatu hal yang bijak dan tepat apabila suatu perkara diserahkan kepada ahlinya. Maka pada masalah-masalah ilmu dan teknologi pertanian diserahkan kepada ahlinya berupa ilmuwan, peneliti dan orang yang berkompeten di bidang tersebut.

Kemudian mungkin ada yang bertanya katanya islam agama yang sempurna dan mengatur segala sesuatu. Jawabannya memang islam merupakan agama yang sempurna yang mengatur segala urusan manusia. Kalau kita mau mencari dalam suatu perkara maka islam telah mengindikasikannya.
Tidak terkecuali pertanian yang merupakan profesi yang telah ada sejak dulu kala sebelum Rosululloh diutus, maka sungguh ajaran islam telah mengatur dan memberikan arahan.
Lalu bagaimana dengan ilmu dan teknologi pertanian yang ada di zaman sekarang. Mungkinkah islam mengajarkan tentang membuat pupuk organik organik, teknologi kultur jaringan dan membuat traktor? Saya jawab: ya! Al-Qur’an telah memberikan jawaban untuk pertanyaan semacam ini. Bukan kah Alloh berfirman: “Fas’alu ahladz-dzikri in kuntum la ta’lamuna” yang artinya “Tanyakanlah kepada ahli Ilmu jika kalian tidak mengetahui” Jadi Al-Qur’an telah mengisaratkan kepada kita untuk menanyakan suatu ilmu kepada ahlinya, ketika kita mau membuat pupuk organik, dan teknologi kultur jaringan maka Al-Qur’an/Islam menyuruh kita bertanya kepada ahlinya. Kalau mau membuat formula pupuk organik maka bertanya dan belajarlah dari ahli pembuat pupuk organik. Kalau mau belajar kulutur jaringan maka belajarlah kepada ilmuwan dan peneliti kultur jaringan.

Lalu kalau ada yang bertanya di adakah dalil baik dalam Al-Qur’an atau As-Sunnah yang menjelaskan suatu cara budidaya atau teknologi pertanian terkini misalkan saja cara menanm padi agar bisa dipanen cepat, teknologi kultur jaringan atau petunjuk membuat traktor??. Jawabannya di dalam Al-Qur’an dan As-sunnah secara tersurat tidak akan kita jumpai 1 ayat atau hadits pun yang menjelaskan hal-hal tersebut. Seandainya dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah ada ayat dan hadits yang merinci perkembangan ilmu dan teknologi pertanian maka diperlukan Al-Qur’an yang berjilid-jilid. Bayangkan saja satu pengetahuan atau teknologi pertanian kalau ditulis dan dibukukan bisa menjadi satu jilid buku atau bahkan ada yang berjilid-jilid. Makanya Al-Qur’an dan As-Sunnah menjelaskan pengembangan ilmu dan teknologi pertanian secara tersirat saja yaitu berupa adanya ayat dari Al-Qur’an dan hadits dari As-Sunnah yang memerintahkan kita bertanya atau menyerahkan urusan pengembangan ilmu dan teknologi pertanian pada ahlinya.

KESIMPULAN

Sebagai seorang muslim kita diperbolehkan untuk mempelajari dan mengembangkan ilmu dan teknologi pertanian. Ajaran islam mengarahkan seorang muslim untuk menyerahkan urusan ilmu dan teknologi pertanian kepada para ahlinya. Sebagaimana perkataan Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam yang menyerahkan urusan ilmu penyerbukan atau pengawinan pohon kurma kepada petani-petani kurma anshor yang telah ahli masalah tersebut. Rosululloh tidak menyuruh ummat islam untuk belajar ilmu dan teknologi pertanian kepada Beliau karena tidak ahli dalam hal ini.

PERHATIAN

Ilmu agama merupakan warisan para nabi, yang memberi petunjuk dalam mengarungi kehidupan dunia agar selamat di hari akhirat. Ketahuilah juga bahwa kemulian seorang muslim dilihat dari ilmu, amal dan akhlaknya. Tidaklah para ilmuwan barat yang menguasai ilmu dunia mulia di sisi manusia apalagi di sisi Alloh. Orang-orang yang mulia adalah para nabi, para sahabat dan para ulama yang mereka menguasai ilmu agama. Keutamaan mempelajari ilmu agama lebih utama dan lebih terpuji dibandingkan ilmu dunia seperti ilmu tentang pertanian.

Berkata Syaikh Al-Utsaimin rohimahulloh: “Sebagaimana Rasululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam datang ke kota Madinah, beliau mendapati orang-orang anshor sedang mengawinkan pohon kurma, beliau berkata dan menjelaskan kepada mereka bahwa sebenarnya hal itu tidak perlu. Maka mereka mengerjakan penjelasan Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam dan meninggalkan kebiasaan mereka (mengawinkan pohon kurma). Ternyata pohon kurma itu menjadi rusak (hasilnya menurun / kurang bagus) maka nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada mereka:

أَنْتُمْ أَعْلَمُ بِأُمُوْرِ دُنْيَاكُمْ

“Kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian.”

Seandainya ilmu dunia adalah ilmu yang sangat terpuji, niscaya Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling mengetahui tentang hal itu diantara manusia, karena orang yang paling banyak mendapat pujian terhadap ilmu dan amalnya adalah nabi Muhammad .”

Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam tidaklah tercela karena tidak tahu masalah pengawinan pohon kurma, namun nabi juga mempersilahkan kaum anshor untuk mengembangkan pertanian. Tetapi yang tercela adalah hanya mengetahui ilmu dunia semata sebagai firman Alloh subhanahu wa ta’ala:

“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS. Ar-Rum: 7).

Dalam menjabarkan makna ayat ini Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhuma berkata: “Mereka itu hanya pandai mencari rezeki, seperti kapan bercocok tanam, kapan mengetam dan cara menimbunnya, dan pandai membangun gedung yang mewah. Akan tetapi, mereka bodoh dalam urusan akhiratnya.”

Sedangkan Adh-Dhahak rohimahulloh berkata: “Mereka hanya pandai membangun istana, membuat saluran sungai, dan ilmu bercocok tanam.”

Sementara Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rohimahulloh berkata: “Pikiran mereka hanya terpusat kepada urusan dunia sehingga lupa urusan akhiratnya. Mereka tidak berharap masuk surga dan tidak takut neraka. Inilah tanda kehancuran mereka, bahkan dengan otaknya mereka bingung dan gila. Usaha mereka memang menakjubkan seperti membuat atom, listrik, angkutan darat, laut dan udara. Sungguh menakjubkan pikiran mereka, seolah-olah tidak ada manusia yang mampu menandinginya, sehingga orang lain menurut pandangan mereka adalah hina. Akan tetapi ingatlah! Mereka itu orang yang yamg paling bodoh dalam urusan akhirat dan tidak tahu bahwa kepandaiannya akan merusak dirinya.”

Dan Ibnu Katsir rohimahulloh berkata: “Umumnya manusia tidak memiliki ilmu melainkan ilmu duniawi. Memang mereka maju dalam bidang usaha, akan tetapi hati mereka tertutup, tidak bisa mempelajari ilmu Dienul Islam untuk kebahagian akhirat mereka.”

Previous
« Prev Post