Fitrah Manusia

Posted by Restorasi Gambut on

Fitrah Manusia

Fitrah manusia adalah potensi asasi tertentu yang ada pada diri manusia sejak lahir.

FIRMAN Allah ta'ala: "Laqod khalaqnal Insana fi ahsani taqwim.” (Sungguh Kami telah ciptakan manusia dalam sebaik-baiknya acuan). Bentuk yang terbaik atau yang hakiki.( QS.Ath-Thin 4)

Dan, Allah azza wajalla telah membuat agreement atau perjanjian kepada seluruh arwah di alam Azalie atau alam Lahut (nuansa ilahi) di negeri asal. (QS.7:172 & 76:1)

SUATU perjanjian primordial yang merupakan perjanjian Allah ta'ala dengan semua arwah manusia untuk mengenal Allah saja, Robb sebagai Pencipta, Pemilik, Pengatur, Pemelihara semesta alam, termasuk pendidik manusia. Maka esensi atau hakikat insan adalah Ruh-Qudsie yang memiliki sifat suci atau asli dan fitri yang hanya mengenal Allah. Dan tersimpan serta terpatri di dalam lubuk hati seluruh sifat dan asma Allah.



Ruh telah menyaksikan atau musyhadah ke seluruh sifat Ilahi yang Maha Perkasa, Maha Kuasa, sehingga membentuk:

1. Rasa takut atau khasyyah. Yang Maha Pemurah, Maha Penyayang sehingga membuat: 2. Rasa harap atau raja. Yang Maha Indah, Maha Mulia sehingga melahirkan: 3. Rasa senang atau surur, senang keindahan, kemuliaan. Yang Maha Shamad, Maha Tinggi sehingga menciptakan: 4. Rasa keberagamaan dan spirit kebenaran yang toleran (al-hanafiyyah As-samhah).

Sungguh benar Sabda Rasul SAW, "Setiap bayi yang terlahir dalan keadaan fitrah atau suci, memiliki watak hanief atau memiliki kecenderungan kepada kebenaran, Maka kedua orangtuanya atau lingkungannya (syaitan dan hawa nafsu) yang membentuk dan mempola jiwa manusia ke arah penyimpangan prilaku dan pendangkalan intelektual.”

Fitrah manusia adalah potensi asasi tertentu yang ada pada diri manusia sejak lahir. Ada pun fitrah manusia antara lain:



1. Fitrah Tawhid yang merupakan potensi dasar yang hanya mengenal keesaan Allah azza wajalla (monotheisme).

2. Fitrah Hanief yang merupakan potensi dasar yang hanya mengenal kebenaran dan jiwa yang lurus. (QS.Ar-Rum.30) "Maka hadapkanlah dirimu (Nabi Muhammad & umatnya) dengan lurus dan mantap kepada agama (sistem hidup), Menurut fitrah Allah (ciptaan Allah) yang menciptakan fitrah itu pada manusia (keserasian syariat Islam dengan fitrah insani). Tiada dapat diubah (hukum-hukum) ciptaan AlIah, akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.”

3. Fitrah Mempertahankan Hidup dengan sandang, pangan, dan papan. (QS. Al Baqarah : 168/ QS. An Nahl : 19)

Dalam memenuhi fitrah yang ketiga ini, hendaknya manusia melakukan pemenuhan kebutuhan dengan:

Jenis makanan dan usaha diperolehnya dengan cara yang halal dan thoyyib menurut Allah SWT, sehingga membentuk jiwa yang lurus, qolbu yang tenang, dan akhlak perilaku yang mulia.

Jenis makanan yang baik atau thoyyib sehingga membentuk tubuh yang kuat-sehat dan akal yang cerdas.

Memelihara, memanfaatkan dan mengembangkan hasil alam atau Bumi sesuai dengan aturan main Allah SWT tanpa merusak ekosistem alam. "Jangan merusak dimuka Bumi, sesudah Allah memerbaikinya, tapi berdo'alah kepada-Nya, karena ketakutan dan kerinduan. Sesungguhnya rahmat Allah dekat kepada orang yang berbuat kebaikan." (QS.AI-A'raf 56)

Jangan memanfaatkan hasil Bumi secara berlebihan atau israf. “Makan dan minumlah hendaknya jangan berlebih-Iebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih lebihan.” (QS. 7 : 31 dan QS. 6 : 141)

4. Fitrah Berkeluarga. Dengan melangsungkan hidup bersuami istri, karena Allah SWT menciptakan manusia berpasangan. (QS.16: 72). Dan menganjurkannya untuk menikah sesuai dengan fitrah insani bukan seperti hewan. (QS. An Nur : 32-33). Agar tercipta ketenangan dan kedamaian (sakinah), maka rumah tangga dibentuk dengan cinta dan kasih sayang, mawaddah-rahmah. (QS. Ar Rum 21)

5. Fitrah Membela Hidup dengan memersiapkan segala macam kekuatan untuk memertahankan eksistensi hidup. (QS Al Anfal 60). Al Islam hanya membolehkan defensif, tidak boleh atau membolehkan memulai sesuatu hal yang bersifat agresor. (QS. Al Baqarah 194). Pembelaan hidup menurut Islam berlaku atas lima perkara yang utama: Membela agama, jiwa, akal, nama baik keturunan, dan harta. Apabila mati karena membela dan memertahankan hidup, maka Islam memandang itu mati terbaik (syahid).

6. Fitrah Intelek atau Akal. Innad Dina huwal Aqlu. Intelek Islam adalah ‘Agama dan akal’. Orang yang akalnya belum berkembang adalah sifat dari anak-anak, Orang yang akalnya tidak berfungsi maka ia adalah orang yang sedang tidur. Orang yang akalnya sudah rusak adalah orang gila atau orang yang kejiwaannya terganggu, sehingga ia tidak dibebani hukum agama. (Hadits, Riwayat Abu Daud dan Ibnu Majah).

Al Quran mendorong manusia untuk berpikir, merenung, meneliti, dan sebagainya. Afala ta'qilun - afala tatafakkarun - afala tanjhurun. Sehingga sampai kepada khulashah atau kesimpulan: "Bahwa segala sesuatu ini ada Penciptanya yaitu Allah SWT. dan diciptakan dengan maksud serta tujuan tertentu bukan percuma. Robbana ma khalaqta hadza bathil "a" (QS. Ali Imran : 190-191).

7. Fitrah Nilai Spiritual. Fitrah asli dan perasaan yang semurni - murninya dalam jiwa manusia adalah kerinduan kepada dekapan Allah Maha Kuasa dan Maha Ghaib. Al-Qadir-Al-Bathin

Ekosistem keseimbangan pada alam semesta yang tertata dengan baik dan sempurna, maka alam akan selalu bersahabat dengan manusia karena pada diri manusia telah terbentuk ‘pola tawazun’ atau keseimbangan.

"Langit Ia tinggikan dan diadakan-Nya n e r a c a (keadilan atau keseimbangan) supaya jangan kamu sebagai manusia melampaui batas timbangan." (QS. Ar Rahman : 7-8)

Manusia harus memadukan dan menselaraskan serta mengaplikasikan potensi- potensi nikmat dengan:

1. Selalu berdzikir, maka kita akan merasa selalu diawasi oleh Allah (muraqabah). Selain itu dengan kita eksis mengingat-Nya dan menyebut, mengikrarkan keesaan-Nya (La ilaha illallah). Sehingga qolbu tunduk dan bersih, kelak menumbuhkan iman yang dapat merundukkan jiwa raga ke hadirat Allah dengan tangis, khusyuk dan tawakal, selalu terikat dan tertuju untuk mengenal Allah azza wajalla (marifat), paradigmanya hanya untuk menggerakkan abdi-Nya mendekat terbuka dan terang benderang di bawah cahaya Ilahi yang indah dan dalam, serta menyentuh qolbu membakar syaitan dan nafsu untuk mereguk nikmat di dalam mahabbah-Nya, sehingga membuat tenang dalam mutmainnah, tenggelam menghilang menuju ridha di sisi-Nya. Ilahi Anta maqshudi waridhaka math lubi,A'thini MahabbataKa wa Ma'rifataKa. (Ya Allah hanya Engkau yang kami tuju dan keridhaan-Mu yang kami cari, Berilah kami potensi untuk dapat Mencintai-Mu dan terang Marifat-Mu).

2. Selalu berpikir, merenung serta tafakur, dan mengobsesrvasi ciptaan Allah dari alam mikro cosmos sampai alam makro cosmos, sehingga akal kagum dan tunduk akan kebesaran-Nya dan keperkasaan-Nya. Dengan berharap memeroleh ilmu yang akan dapat mengantarkan jati diri manusia pada tingkat martabat mulia menjadi manusia mukmin sejati. Beramal shaleh Ilmiyyah dan berilmu shahih Amaliyyah untuk meraih sukses mengarungi bahtera kehidupan. Keseimbangan konstruktif dapat berfungsi mengeraskan daya tarik samawi ( mental-spiritual ) dan daya dorong ardhi ( fisik-material ). Sedangkan ketimpangan antara dzikir dan pikir akan melahirkan instabilitas dalam kehidupan. (QS.An-Nahl 97)

"Sungguh luar biasa urusan atau perkara orang beriman, seluruh urusannya selalu baik. Bila bencana menimpa pada dirinya maka ia bersabar, hal itu baik baginya. Bila karunia datang kepadanya ia bersyukur, maka hal itu baik baginya. (Al-Hadits).

Kesabaran sebagai kendaraan hidup, sabar dalam perjalanan hidup manusia menuju ridha Allah dengan mengendalikan desakan hawa nafsu, memilih untuk eksis di jalan Allah dalam menghadapi cobaan, merupakan tantangan dan benturan-benturan hidup. Salah satu cobaan atau ujian hidup yang dominan adalah anak. Allah SWT berfirman, "Ketahuilah bahwa kekayaanmu dan anak-anakmu hanyalah ujian bagimu, Dan bahwa Allah, pada-Nya-lah pahala yang besar. (QS.AI-Anfal 28)

"Hai orang yang beriman, di antara istri-istrimu dan anak-anakmu, ada yang menjadi musuh bagimu. Maka waspadalah terhadap mereka, akan tetapi bila kamu maafkan, kamu tiada marahi mereka, dan ampuni kesalahan mereka, sungguh, Allah maha pengampun, maha penyayang.” (QS. At-Taghabun 14)

Sungguh mulia nan luhur tuntunan Ilahi bagi insan pencari kebenaran yang hakiki dan fitri. Bila manusia mendapatkan serta menghadapi ujian atau cobaan hidup, bila dia dapat bersabar, tabah serta memertahankan, memadukan fungsi dzikir-pikir dan iman-ilmu dengan ibadah sholat sunnah taubat dan kembali kepada Alllah, dengan mengakui dan menyesali kesalahan serta kealfaan diri

(hablum-minallah). Sekaligus mengintrospeksi atau ber-muhasabah dan memelajari kesalahan serta kealfaan diri (hablum-minannas), dengan sholat hajat untuk melepaskan ‘cobaan hidup’ agar Allah memantapkan dan menolongnya menjadi hamba mukmin yang ulet, tabah, sabar dan gigih serta istiqamah. ( QS. Ali Imran 200)

Bila manusia mukmin mendapatkan dan merasakan kesenangan atau kenikmatan hidup, dan dia bersyukur dengan menunjukkan kesadaran akan seluruh nikmat Allah, karena dengan rahmat-Nya manusia masih diberi hidup dan sehat hingga sampai saat ini, dengan rahim Allah pula manusia mukmin masih sanggup menjalani ibadah serta merasa senang, karena Dia masih menolong dan mengayomi orang beriman dalam menghadapi kesulitan hidup, bersikap selalu melihat ke bawah, orang yang masih hidup dalam kesulitan, maka tetap memertahankan dzikir-pikir dengan ibadah shalat sunnah syukur-serta mengaplikasikan potensi dan karunia Allah yang masih eksis pada diri manusia. Qolbu yang hanya tunduk kepada Allah SWT yang maha mengetahui segala yang ghaib-serta misteri dalam kehidupan, akal yang sehat tertuju kepada Allah SWT yang maha mengetahui segala yang nyata (Asy-Syahadah), nampak dalam kehidupan. Tubuh yang kuat melaksanakan seluruh titah Allah yang maha Asy-Syakur atau bersyukur (Ia selalu mengingat dan menghargai jasa dan kebaikan hamba-hamba-Nya). Sebagai realisasi dari hablum-minannas. Sekaligus selalu mengingat dan membalas jasa kebaikan manusia, terutama kepada kedua orangtua, pahlawan tanpa pamrih dan tanda jasa, dengar. melaksanakan ibadah sholat sunnah hajat untuk ‘nikmat hidup’, agar Dia memantapkan dan menolongnya menjadi hamba yang pandai bersyukur. (QS. Ibrahim 7)

“Ya Allah Robb kami! Limpahkanlah kesabaran atas kami, kokohkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.” (QS. Al-Baqarah 250).

“Ya Allah Robb-kami! Ilhamilah kami, agar selalu mensyukuri nikmat yang Kau berikan kepadaku dan kepada orangtuaku, dan agar aku melakukan amal saleh yang Kau ridhai, masukanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba – hamba- Mu yang sholeh.” (QS. An-Naml 19).

8. Fitrah Sosial. Al Quran menyatakan manusia adalah umat yang satu. (QS. Al-Baqarah 213), dan dijadikan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk saling mengenal atau At-Taaruf. (QS.49:13). Dengan keimanan, manusia dilarang saling memperolok satu sama lain, karena kemuliaan itu sesungguhnya hanya di sisi Allah SWT adalah takwa atau amal sholeh yang dilandasi iman dzikir dan ilmu pikir, dan saling menolong dalam kebaikan bukan membantu dalam berbuat dosa dan permusuhan. (QS. Al-Maidah: 2).

9. Fitrah Susila/Akhlak. Akhlak menunjukkan sejumlah sifat tabiat fitri (asli) pada manusia dan sejumlah sifat yang diusahakan hingga seolah-olah fitrah. Dua bentuk akhlak yaitu: 1. Bersifat basyariyyah, kejiwaan; 2. Bersifat jhohiriyyah yang terwujud dalam perilaku.

Ada pun menurut Islam, sejumlah prinsip (mabda) dan nilai yang mengatur perilaku seorang manusia yang dibatasi oleh wahyu untuk mengatur kehidupan manusia dan menetapkan pedoman baginya. Demi merealisasikan tujuan dan kebenarannya di muka Bumi, dengan beribadah kepada Allah SWT untuk meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat. "Bagi tiap-tiap agama memiliki akhlak dan akhlak Islam adalah malu atau al-haya." (Al-Hadits).

Sayyidah Aisyah Rah dari Yazid bin Babnas, "Akhlak atau khuluq Rasul adalah Al Quran, apakah engkau telah membaca Surah Al-Mukminun dan Al-Furqan? tanya Aisyah.”

Dalam surah Al-Mukminun dan Al-Furqan terdapat sifat akhlak terpuji dari Rasulullah SAW yakni khusyuk dalam sholat, menghindari dari omong kosong yang bersifat sia-sia, berzakat, menjaga kehormatan, memelihara amanah dan janji, berjalan dengan hati yang rendah, merespon teguran orang jahil dengan baik dan penuh kedamaian, melaksanakan ibadah tahajud di malam hari, selalu bermohon agar terhindar dari siksa neraka, berkesinambungan dalam memergunakan harta (tidak bersifat boros atau royal dan juga tidak kikir), tidak membunuh jiwa, tidak berzina, tidak memberi kesaksian palsu, menjaga kehormatan diri dari berbicara keji dan sia-sia, memiliki obsesi besar untuk masa depan dan generasi Al Quran.

10. Fitrah Harga Diri. Al Quran memerintahkan agar manusia memelihara dan memertahankan harga diri yang amat tinggi serta martabatnya di sisi Allah SWT. Karena Dia telah menciptakan manusia dan membuat ‘ikatan perjanjian sakral’ dalam bentuk terbaik, sebaik-baiknya acuan. Ruh-Qudsie, jiwa hanief/lurus dan agama fitri. "Laqad khalaqnal insana fi ahsani taqwim.”

Dengan Kehendak atau iradah Allah yang maha kuasa demi penyempurnaan kemanusiaannya dan pendekatan dirinya kepada Allah yang maha dekat. "Di tempat kebenaran di sisi Allah Raja yang menentukan." (fi maq'adin Malikin Muqtadir) di alam Lahut menuju tempat yang paling rendah (Asfala-safilin) yaitu ruh jasmani di alam mulki atau Bumi. “Tsumma radadnahu asfala safilin."

Maka tertutuplah Ruh Qudsie atau jiwa hanief dengan dosa (rona titik hitam dalam qolbu) dan penyimpangan perilaku di alam dunia karena dua ‘keping mata uang’ yang dominan dan inheren yaitu hawa nafsu dan syaitan. Pondasi value atau nilai spiritual sholat telah rapuh sehingga hawa nafsu tidak terkendali dan syaitan telah menguasai kehidupan manusia dengan membuat manusia lupa dari mengingat Allah (Dzikirulloh).

11. Fitrah Seni. Al Quran menganjurkan agar berlomba - lomba dalam hal kebaikan (QS. Al-Baqarah 148). Allah azza wajalla mengutus para Nabi dengan kebajikan. "Allah itu indah, Dia menyukai keindahan." (Al-Hadits). Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk memakai perhiasan yang indah setiap kali ke masjid. (QS. Al-A'raf 131), dan Ia juga menganjurkan kepada hamba-Nya untuk serlalu membaca kalam-Nya dengan suara bacaan yang baik dan indah. (QS. Al-Muzammil, 4).

Begitulah Al Islam. Al Quran mengungkapkan fitrah manusia selaras dengan fitrah agama Islam sebagai agama yang mutlak kebenarannya, untuk memahami sistem yang benar, maka dituntut ‘keserasian yang benar’, karena hal tersebut merupakan tanda keberagamaan yang benar pula.

Adapun fitrah kesucian merupakan himpunan dan akumulasi dari tiga anasir, yakni Benar, Baik dan Indah. Sehingga seorang hamba Allah adalah penyembah atau pengabdi, ia selalu berada dalam fitrah Allah, perilaku yang benar – benar baik dan indah. Bahkan lewat kesuciaan jiwanya ia akan memandang segalanya dengan pandangan yang positif, ia selalu berusaha mencari sisi-sisi yang baik, benar dan indah.

Dengan mencari yang Benar, maka akan menghasilkan Ilmu. untuk pencarian yang Baik,maka akan menghasilkan Etika. Sedangkan untuk mencari yang Indah, maka akan menghasilkan menghasilkan estetika atau seni. Dengan pandangan demikian maka ia akan menutup mata terhadap kesalahan, kejelekan dan keburukan orang lain. Kalaupun itu terlihat, maka ia akan selalu mencari nilai-nilai positif dalam sikap negatif tersebut. Kalaupun itu tak ditemukannya, ia akan memberinya maaf bahkan berbuat baik kepada yang melakukan kesalahan. (*)

Previous
« Prev Post