Aqidah

Posted by Restorasi Gambut on

1. LATAR BELAKANG MASALAH

Maksiat hampir tidak bisa kita elakkan dari panca indra kita baik penglihatan, perbuatan yang dapat menimbulkan kemudhorotan bagi diri kita mapaun oran lain. Kita lihat di media masa baik televisi maupun Koran yang menunjukkan alangkah rusaknya akhlak manusia bangsa ini. Kita lihat dari tingkatan pemimpin elit politik Negara kita Indonesia yang merupakan contoh bagi rakyatnya saling singgung, ejek dan sikap iri yang mencerminkan tidak kedewasaan bagi para pemimpin bangsa ini, kalaulah demikian bagaimana bisa menghantarkan rakyatnya ke masyarakat yang unggul disegala bidang. Alhasil kita lihat setiap hari di televisi, Koran maupun media lainya banyak sekali tindakan kekerasan dirumah tangga, tawuran antar kelompok, pemerkosaan, pencurian, aborsi,dan lain sebagainya merupakan kebejatan akhlak. Dan ini banyak dilakukan oleh umat muslim, berdasarkan fenomena ini kita tahu ada beberapa kelemahan umat muslim yang mesti kita perbaiki.
Kelemahan Aqidah
Aqidah ketauhidan umat islam Indonesia saat ini rupanya masih lemah.. kita lihat kasus yang baru terjadi seperti si dukun cilik ponari yang dapat menyembuhkan penyakit dengan batunya yang didapat ketika tersambar petir. Banyak sekali masyarakat yang percaya akan hal tersebut dan celakanya lagi yang dapat menyembuhkannya adalah si ponari dan batunya bukan karena Allah.. naudzubillah tsumanaudzubillah mindzalik itu merupakan dosa syirik, musyrik yang tida akan diampuni oleh Allah swt. Selain itu yang mengkhawatirkan lagi banyak iklan-iklan televisi yang mengajak untuk berbuat syirik seperti meramal nasib dengan cara ketik REG hari lahir, bintang, dan lain sebagainya yang merupakan penipuan dan pembodohan bagi masyarakat dan ternyata banyak sekali pengikutnya untuk program tersebut itu menunjukkan lemahnya aqidah umat ini.
Kelemahan Akhlak.
Fenomena kelemahan akhlak ternyata lebih parah lagi, Menurut hasil survey yang dilakukan sebuah lembaga di tahun 2008, diperoleh data sekitar 63% remaja mengaku sudah melakukan hubungan seks bebas (berzina) sebelum nikah itu artinya bila ada 10 orang gadis berarti 6 diantaranya sudah tidak perawan lagi. Astaghfirullah betapa rusaknya akhlak anak muda bangsa ini.

Kelemahan Tarbiyah
Lemahnya pemantauan, pendidikan dan perawatan dalam sikap amar ma’ruf nahi mungkar membuat kita akan sering lupa/khilaf, maka harus ada orang yang selalu mentarbiyah baik diri kita, keluarga kita maupun pada masyarakat dan hendaknya dilaksanakan secara kontinyu agar selalu terjaga sifat dan sikap kita dan selalu meningkat keimanan kita kepada Allah swt.

Kelemahan Tsaqofah / Pengetahuan
Kelemahan pengetahuan ini walaupun tidak semuanya tapi Negara kita masih tertinggal d dalam pergerakan IPTEK, kita ketahui itu adalah karena pemudanya yang tidak tanggap dengan hal tersebut. Kita lihat banyak pemuda zaman sekarang senangnya berhura-hura, kita lihat banyak mahasiswa yang kerjanya hanya nongkrong-nongkrong bila ada jam kosong juga bisa kita lihat ditayangan televise pagi yang menyuguhkan konser musik live dari mall maupun tempat lainnya, itu mereka yang nonton kebanyakan anak muda yang seusia smp sampe kuliahn. Apa mereka tidak sekolah.. atau kuliahan. Juga lihat pada malam harinya lagi ketika konser musik live merka juga yang nonton anak-anak sekolahan yang nobenya malam untuk belajar, apakah mereka tidak belajar.. jadi kapan waktu untuk mngembangkan diri jika pemudanya hanya disuguhi dengan hal-hal yang senagn-senan dan hura-hura..dan bagaimana bisa menghasilkan sikap kepemimpinan jika fenomena ini terjadi.



2. TUJUAN PENULISAN MAKALAH

Makalah yang disusun ini bertujuan untuk menganalisa kelemahan dari umat muslim dan meminimalisir kelemahan umat muslim.




BAB II
Upaya Pelurusan Aqidah

1. Pengertian Aqidah
1.1 Menurut Bahasa dan terminologi
Pengertian Aqidah Secara Bahasa (Etimologi) :
Kata "‘aqidah" diambil dari kata dasar "al-‘aqdu" yaitu ar-rabth(ikatan), al-Ibraam (pengesahan), al-ihkam(penguatan), at-tawatstsuq(menjadi kokoh, kuat), asy-syaddu biquwwah(pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk(pengokohan) dan al-itsbaatu(penetapan). Di antaranya juga mempunyai arti al-yaqiin(keyakinan) dan al-jazmu(penetapan).
"Al-‘Aqdu" (ikatan) lawan kata dari al-hallu(penguraian, pelepasan). Dan kata tersebut diambil dari kata kerja: " ‘Aqadahu" "Ya'qiduhu" (mengikatnya), " ‘Aqdan" (ikatan sumpah), dan " ‘Uqdatun Nikah" (ikatan menikah). Allah Ta'ala berfirman, "Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja ..." (Al-Maa-idah : 89).
Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada Rasul. Bentuk jamak dari aqidah adalah aqa-id. (Lihat kamus bahasa: Lisaanul ‘Arab, al-Qaamuusul Muhiith dan al-Mu'jamul Wasiith: (bab: ‘Aqada).
Jadi kesimpulannya, apa yang telah menjadi ketetapan hati seorang secara pasti adalah aqidah; baik itu benar ataupun salah.
Pengertian Aqidah Secara Istilah (Terminologi)
Yaitu perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidka tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.
Dengan kata lain, keimanan yang pasti tidak terkandung suatu keraguan apapun pada orang yang menyakininya. Dan harus sesuai dengan kenyataannya; yang tidak menerima keraguan atau prasangka. Jika hal tersebut tidak sampai pada singkat keyakinan yang kokoh, maka tidak dinamakan aqidah. Dinamakan aqidah, karena orang itu mengikat hatinya diatas hal tersebut.

2. Beraqidah dan Berbudaya sesuai Syariat
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dgn Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yg shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya.” Akidah Secara Etimologi Akidah berasal dari kata aqd yang berarti pengikatan. “I’taqadtu Kadza” artinya “Saya beritikad begini.” Maksudnya saya mengikat hati terhadap hal tersebut. Akidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang. Jika dikatakan “Dia mempunyai akidah yang benar” berarti akidahnya bebas dari keraguan. Akidah merupakan perbuatan hati yaitu kepercayaan hati dan pembenarannya kepada sesuatu. Akidah Secara Syara Yaitu iman kepada Allah para malaikat-Nya kitab-kitab-Nya para rasul-Nya dan kepada hari akhir serta kepada Qadar yg baik maupun yg buruk. Hal ini disebut juga sebagai rukun iman. Syariat terbagi menjadi dua yaitu itikadiyah dan amaliyah. Itikadiyah adalah hal-hal yang tidak berhubungan dengan tata cara amal. Seperti kepercayaan terhadap rububiyah Allah dan kewajiban beribadah kepada-Nya juga beritikad terhadap rukun-rukun iman yg lain. Hal ini disebut pokok agama . Adapun amaliyah adalah segala apa yang berhubungan dengan tata cara amal seperti salat zakat puasa dan seluruh hukum-hukum amaliyah. Bagian ini disebut cabang agama karna ia dibangun di atas itikadiyah. Benar dan rusaknya amaliyah tergantung dari benar dan rusaknya itikadiyah. Akidah yang benar adalah fundamen bagi bangunan agama serta merupakan syarat sahnya amal. Firman Allah SWT yang artinya “Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya.” . “Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada yang sebelumnya ‘Jika kamu mempersekutukan niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yg merugi’.” . “Maka sembahlah Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya. Ingatlah hanya kepunyaan Allah lah agama yg bersih .” . Ayat-ayat tersebut di atas dan yang senada dengannya yang masih banyak menunjukkan bahwa segala amal tidak diterima jika tidak bersih dari syirik. Karena itulah perhatian Nabi saw yg pertama kali adalah pelurusan aqidah. Dan hal pertama yg didakwahkan para rasul kepada umatnya adalah menyembah Allah semata dan meninggalkan segala yang dituhankan selain Dia. Firman Allah SWT yang artinya “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat ‘Sembahlah Allah dan jauhilah Taghut itu’ . . .” . Dan tiap rasul mengucapkan pada awal dakwahnya “Wahai kaumku sembahlah Allah sekali-kali tak ada tuhan bagimu selain-Nya.” . Pernyataan tersebut diucapkan oleh Nabi Nuh Hud Shaleh Syu’aib dan seluruh rasul. Selama 13 tahun di Makkah sesudah bi’tsah Nabi saw mengajak manusia kepada tauhid dan pelurusan akidah karna hal itu merupakan landasan bangunan Islam. Para da’i dan para pelurus agama dalam tiap masa telah mengikuti jejak para rasul dalam berdakwah. Sehingga mereka memulai dengan dakwah kepada tauhid dan pelurusan akidah setelah itu mereka mengajak kepada seluruh perintah agama lainnya. Sumber-Sumber Akidah yang Benar dan Manhaj Salaf dalam Mengambil Akidah Akidah adalah tauqifiyah. Artinya tidak bisa ditetapkan kecuali dengan dalil syar’i tidak ada medan ijtihad dan berpendapat di dalamnya. Karena itulah sumber-sumbernya terbatas kepada apa yang ada di dalam Alquran dan Sunah. Tidak seorang pun yang lebih mengetahui tentang Allah tentang apa-apa yang wajib bagi-Nya dan apa yang harus disucikan dari-Nya melainkan Allah sendiri. Tidak seorang pun sesudah Allah yang lebih mengetahui tentang Allah selain Rasulullah saw. Oleh karna itu manhaj salafu saleh dan para pengikutnya dalam mengambil akidah terbatas pada Alquran dan Sunnah. Maka segala apa yg ditunjukkan oleh Alquran dan Sunah tentang hak Allah mereka mengimaninya meyakininya dan mengamalkannya. Apa yang tidak ditunjukkan oleh Alquran dan Sunah mereka menolak dan menafikannya dari Allah. Oleh karna itu tidak ada pertentangan di antara mereka di dalam itikad. Bahkan akidah mereka adalah satu dan jamaah mereka juga satu. Karena Allah sudah menjamin orang yang berpegang teguh dengan Alquran dan Sunah rasul-Nya dengan kesatuan kata kebenaran akidah dan kesatuan manhaj. Firman Allah SWT yang artinya “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah dan janganlah kamu bercerai berai ..” “Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku lalu barangsiapa yg mengikut petunjuk-Ku ia tidak sesat dan tidak akan celaka.” Karena itulah mereka dinamakan firqah najiyah . Sebab Rasulullah saw telah bersaksi bahwa merekalah yg selamat ketika memberitahukan bahwa umat ini akan terpecah menjadi 73 golongan yg kesemuanya di neraka kecuali satu golongan. Ketika ditanya tentang yg satu itu beliau menjawab “Mereka adl orang yg berada di atas ajaran yg sama dgn ajaranku pada hari ini dan para shahabatku.” Kebenaran sabda baginda Rasul saw tersebut telah terbukti ketika sebagian manusia membangun aqidahnya di atas landasan selain Kitab dan Sunnah yaitu di atas landasan ilmu kalam dan kaidah-kaidah manthiq yg diwarisi dari filsafat Yunani dan Romawi. Maka terjadilah penyimpangan dan perpecahan dalam aqidah yg mengakibatkan pecahnya umat dan retaknya masyarakat Islam. Penyimpangan Akidah dan Cara-Cara Penanggulangannya Penyimpangan dari akidah yg benar adl kehancuran dan kesesatan. Karena akidah yg benar merupakan motivator utama bagi amal yg bermanfaat. Tanpa akidah yg benar seseorang akan menjadi mangsa bagi persangkaan dan keragu-raguan yg lama-kelamaan mungkin menumpuk dan menghalangi dari pandangan yg benar terhadap jalan hidup kebahagiaan sehingga hidupnya terasa sempit lalu ia ingin terbebas dari kesempitan tersebut dgn menyudahi hidup sekalipun dgn bunuh diri sebagaimana yg terjadi pada banyak orang yg telah kehilangan hidayah akidah yg benar. Masyarakat yg tidak dipimpin oleh akidah yg benar merupakan masyarakat hewani tidak memiliki prinsip-prinsip hidup bahagia sekali pun mereka bergelimang materi tetapi terkadang justru sering menyeret mereka pada kehancuran sebagaimana yg kita lihat pada masyarakat jahiliyah. Karena sesungguhnya kekayaan materi memerlukan taujih dalam penggunaannya dan tidak ada pemberi arahan yg benar kecuali akidah sahihah. Allah telah berfiman yg artinya “Hai rasul-rasul makanlah dari makanan yg baik-baik dan kerjakanlah amal yg shalih.” . “Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari Kami. ‘Hai gunung-gunung dan burung-burung bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud! dan Kami telah melunakkan besi untuknya buatlah baju besi yg besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yg shaleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yg kamu kerjakan’.” . Maka kekuatan aqidah tidak boleh dipisahkan dari kekuatan maddiyah . Jika hal itu dilakukan dgn menyeleweng kepada aqidah batil maka kekuatan materi akan berubah menjadi sarana penghancur dan alat perusak seperti yg terjadi di negara-negara kafir yg memiliki materi tetapi tidak memiliki akidah sahihah.

3. Bahaya Penyimpangan Pada Aqidah
Penyimpangan pada aqidah yang dialami oleh seseorang berakibat fatal dalam seluruh kehidupannya, bukan saja di dunia tetapi berlanjut sebagai kesengsaraan yang tidak berkesudahan di akherat kelak. Dia akan berjalan tanpa arah yang jelas dan penuh dengan keraguan dan menjadi pribadi yang sakit personaliti. Biasanya penyimpangan itu disebabkan oleh sejumlah faktor diantaranya:

1. Tidak menguasainya pemahaman aqidah yang benar karena kurangnya pengertian dan perhatian. Akibatnya berpaling dan tidak jarang menyalahi bahkan menentang aqidah yang benar.

2. Fanatik kepada peninggalan adat dan keturunan. Karena itu dia menolak aqidah yang benar. Seperti firman Allah SWT tentang ummat terdahulu yang keberatan menerima aqidah yang dibawa oleh para Nabi dalam Surat Al-Baqarah 170 yang artinya: "Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Ikutlah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami." (Apabila mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk."

3. Taklid buta kepada perkataan tokoh-tokoh yang dihormati tanpa melalui seleksi yang tepat sesuai dengan argumen Al-Qur'an dan Sunnah. Sehingga apabila tokoh panutannya sesat, maka ia ikut tersesat.

4. Berlebihan (ekstrim) dalam mencintai dan mengangkat para wali dan orang sholeh yang sudah meninggal dunia, sehingga menempatkan mereka setara dengan Tuhan, atau dapat berbuat seperti perbuatan Tuhan.

Hal itu karena menganggap mereka sebagai penengah/arbiter antara dia dengan Allah. Kuburan-kuburan mereka dijadikan tempat meminta, bernadzar dan berbagai ibadah yang seharusnya hanya ditujukan kepada Allah. Demikian itu pernah dilakukan oleh kaumnya Nabi Nuh AS ketika mereka mengagungkan kuburan para sholihin. Lihat Surah Nuh 23 yang artinya: "Dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa', Yaghuts, Ya'uq dan Nasr."

5. Lengah dan acuh tak acuh dalam mengkaji ajaran Islam disebabkan silau terhadap peradaban Barat yang materialistik itu. Tak jarang mengagungkan para pemikir dan ilmuwan Barat serta hasil teknologi yang telah dicapainya sekaligus menerima tingkah laku dan kebudayaan mereka.

6. Pendidikan di dalam rumah tangga, banyak yang tidak berdasar ajaran Islam, sehingga anak tumbuh tidak mengenal aqidah Islam. Pada hal Nabi Muhammad SAW telah memperingatkan yang artinya: "Setiap anak terlahirkan berdasarkan fithrahnya, maka kedua orang tuanya yang meyahudikannya, menashranikannya, atau memajusikannya" (HR: Bukhari).

Apabila anak terlepas dari bimbingan orang tua, maka anak akan dipengaruhi oleh acara / program televisi yang menyimpang, lingkungannya, dan lain sebagainya.

7. Peranan pendidikan resmi tidak memberikan porsi yang cukup dalam pembinaan keagamaan seseorang. Bayangkan, apa yang bisa diperoleh dari 2 jam seminggu dalam pelajaran agama, itupun dengan informasi yang kering. Ditambah lagi mass media baik cetak maupun elektronik banyak tidak mendidik kearah aqidah bahkan mendistorsinya secara besar-besaran.

Tidak ada jalan lain untuk menghindar bahkan menyingkirkan pengaruh negatif dari hal-hal yang disebut diatas adalah mendalami, memahami dan mengaplikasikan Aqidah Islamiyah yang shahih agar hidup kita yang sekali dapat berjalan sesuai kehendak Sang Khalik demi kebahagiaan dunia dan akherat kita, Allah SWT berfirman dalam Surah An-Nisa' 69 yang artinya:

"Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni'mat Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya."

Dan juga dalam Surah An-Nahl 97 yang artinya: "Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."
4. Cara Menanggulangi Penyimpangan Aqidah
1. Kembali kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam untuk mengambil aqidah shahihah.
Sebagaimana para Salaf Shalih mengambil aqidah mereka dari keduanya. Tidak akan dapat memper?baiki akhir umat ini kecuali apa yang telah memperbaiki umat pendahulunya. Juga dengan mengkaji aqidah golongan sesat dan mengenal syubhat-syubhat mereka untuk kita bantah dan kita waspadai, karena siapa yang tidak mengenal keburukan, ia dikhawatirkan terperosok ke dalamnya.

2. Memberi perhatian pada pengajaran aqidah shahihah, aqidah salaf, di berbagai jenjang pendidikan.
Memberi jam pelajaran yang cukup serta mengadakan evaluasi yang ketat dalam menyajikan materi ini.
Harus ditetapkan kitab-kitab salaf yang bersih sebagai materi pelajaran. Sedangkan kitab-kitab kelompok penyeleweng harus dijauhkan.

3. Menyebar para da'i yang meluruskan aqidah umat Islam dengan mengajarkan aqidah salaf serta menjawab dan menolak seluruh aqidah batil.

[1] Wadd, Suwa', Yaghuts, Ya'uq dan Nasr adalah nama berhala-berhala yang terbesar pada kabilah-kabilah kaum Nabi Nuh, yang semula nama-nama orang shalih. (Al-Qur'an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI. pen.).






BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Aqidah merupakan landasan berfikir dan berprilaku bagi seorang muslim. Baik atau buruknya prilaku tergantung kepada iman yang dimilikinya. Kemudian iman yang ada dalam diri seseorang akan mengalami pasang naik dan pasang surut sesuai dengan kondisi dan situasi yang dialami oleh seseorang. Oleh karena itu, agar iman tidak mengalami kemerosotan maka perlu dipelihara dari kemusyrikan seperti syirik keci, syirik besar , baik syirik secara terang-terangan maupun syirik secara terselubung.

2. Saran
Berdasarkan Uraian Diatas, kita dan masyarakat mestilah cerdas dalam menyikapi fenomena yang banyak terjadi di masyarakat kita, sehingga kita mesti kembali dan berpegang teguh kepada kitabullah dan sunnah Rasulullah

Previous
« Prev Post